Audio Porn Muncul Sebagai Solusi untuk Konten Eksplisit yang Lebih Inklusif

Human Interest
06.03.23

Audio Porn Muncul Sebagai Solusi untuk Konten Eksplisit yang Lebih Inklusif

Platform audio erotica seperti Froclime dan Quinn mengalami peningkatan pengguna terhitung sejak pandemi Covid-19 melanda dunia.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Alissa Wiranova
Foto: DAZED

Belakangan ini muncul tren erotik terbaru, yaitu audio porn. 

Berdasarkan keterangan Anna Richards, CEO dari platform porno bernama Froclime, audio porn menjadi tren terbaru yang tengah digemari masyarakat, terutama kalangan perempuan. Peningkatan penggemar audio porn ini dimulai sejak pandemi Covid-19 melanda dunia, yang mana mengharuskan masyarakat untuk tinggal di dalam rumah. 

Froclime misalnya. Pada bulan Maret 2020, terjadi peningkatan sebesar 48% pada jumlah pengguna yang mendengarkan porn audio stories yang disediakan oleh Froclime. 61% di antaranya merupakan perempuan. 

Tak hanya Froclime, platform audio porn lainnya seperti Dipsea juga mengalami peningkatan signifikan. Pengguna baru bertambah sebanyak 84% pada tahun 2020, ketika pandemi masih melanda. Meski begitu, hingga pandemi Covid-19 berakhir, jumlah angka penggemar audio porn pun masih tergolong besar. 

“I’m back… and I am dead from cumming like five times lol,” tulis salah satu komentar pada audio story berjudul ‘Basement Banter’ di platform Quinn. Bercerita tentang sexual tension antara seorang perempuan dan kakak laki-laki sahabatnya, cerita ini diisi dengan suara Zachary Cowan, seorang aktor sekaligus content creator asal Los Angeles. 

Tak hanya sebagai ladang uang yang sukses, audio porn dinilai memiliki beberapa keunggulan. Apabila dibandingkan dengan visual porn, bentuk audio dinilai lebih inklusif karena tidak menampilkan secara eksplisit bentuk tubuh maupun ras dari para pemerannya. Tak hanya itu, visual porn sendiri kerap kali bermasalah dengan consent, karena kadang kala bersumber dari revenge porn. Visual porn pun kebanyakan hanya menampilkan bayangan ideal tubuh perempuan yang ada di benak laki-laki patriarkis. 

“Another issue is that the majority of visual porn is catered towards male heterosexual values and I think the audio porn industry is a little bit more in touch with what female presenting and non-binary people want from porn,” jelas Cowan. 

“With audio porn, I’ve realised, everything is so intimate. You can hear their breath, their smile, even their heartbeat sometimes. It really makes you escape, which [I] can’t do with visual porn,” ungkap Anica, salah seorang penggemar audio porn dalam wawancaranya bersama DAZED. 

Dengan kata lain, keberadaan audio porn digemari karena mampu menyediakan berbagai jenis detail, rasa intim, hingga menghilangkan stereotip ‘perempuan ideal’ khas cara pikir patriarkis yang selama ini kerap ditampilkan lewat visual porn. whiteboardjournal, logo