LinkedIn Dipandang Sebagai Salah Satu Platform Media Sosial yang Menurunkan Kepercayaan Diri Pengguna

Media
05.02.22

LinkedIn Dipandang Sebagai Salah Satu Platform Media Sosial yang Menurunkan Kepercayaan Diri Pengguna

Sejak kedatangan pandemi COVID-19, LinkedIn telah mengalami peningkatan aktivitas dari penggunanya sebesar 55 persen.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Titania Celestine
Photo: Souvik Banerjee via Unsplash 

Selama beberapa tahun ke belakang, media sosial LinkedIn telah menjadi jaringan bagi kelompok kerja untuk menciptakan professional network dan juga tempat untuk mencari kerja secara global. 

Didirikan oleh Reid Hoffman pada tahun 2003, LinkedIn telah diakuisisi oleh Microsoft dan mencapai hingga 756 juta pengguna di seluruh dunia. Sejak kedatangan pandemi COVID-19, laman media sosial tersebut telah mengalami peningkatan aktivitas dari penggunanya sebesar 55 persen. 

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa LinkedIn merupakan salah satu sarana bagi pekerja untuk terhubung dengan dunia profesional, dan menumbuhkan koneksi dalam industri masing-masing. Belum lagi bimbingan, saran, dan kenalan yang dapat diberikan oleh daftar kontak LinkedIn yang dapat membantu para pengguna dalam misi menaiki tangga korporat. 

Dibalik hal tersebut, if you want to be real with me for a bit, LinkedIn juga digunakan sebagai sarana untuk memamerkan pekerjaan dan pengalaman kalian dengan daftar kontak. Mulai dari unggahan promosi di tempat kerja atau daftar kontak kalian yang menerima notifikasi setiap kali kalian merayakan bulan kesekian menjadi bagian dari a super dope company

Pada tahun 2014, diungkapkan bahwa hubungan antara waktu yang dihabiskan di media sosial seperti Facebook memiliki dampak pada kesehatan mental pengguna, yang tampaknya menunjukkan gejala-gejala depresi. Hal ini diakibatkan oleh proses internalisasi dan perbandingan kesuksesan antar individu antara diri kalian dengan orang lain. 

Dibanding Facebook, LinkedIn bisa menjadi platform media sosial yang memiliki dampak lebih buruk pada self esteem kalian atas dasar komparasi karir dan pekerjaan. Hal ini bisa berpengaruh pada prinsip kerja kalian, mendorong pengguna LinkedIn untuk mulai menganut hustle culture. 

Dalam dunia zaman kini yang sedang mendefinisikan ulang prinsip work-life balance, mungkin hal berikutnya yang harus diperhatikan oleh banyak pengguna media sosial yakni dampak dari bragging posts yang di unggah melalui LinkedIn, sehingga hal tersebut dapat disiasati agar dapat berkontribusi secara positif pada self esteem pengguna media sosial tersebut, melainkan menjatuhkannya.whiteboardjournal, logo