Architecture of Cloth

26.09.16

Architecture of Cloth

Retrospektif dan Langkah Ke Depan Auguste Soesastro

by Febrina Anindita

 

Sejatinya, tak ada yang baru pada bagaimana fashion memasuki ranah seni. Sejak fashion designer Elsa Schiaparelli berkolaborasi dengan seniman ikonik Salvador Dali pada tahun 1937, dimulailah sejarah panjang yang mengikis tipis garis pemisah antara fashion dan seni. Kemudian, Yves Saint Laurent mengadaptasi pola grid Mondrian, Marc Jacobs bekerja sama dengan Takashi Murakami, Alexander McQueen mendekonstruksi karya Damien Hirst dalam koleksi tahun 2013-nya, hingga Kanye West yang mencuri inspirasi dari karya performance seniman kontemporer Vanessa Beecroft dalam peluncuran line fashionnya bersama Adidas. Belakangan di scene lokal, gejala ini mulai terlihat sejak Eko Nugroho bekerja sama dengan Louis Vuitton.

Bertempat di Dia. Lo. Gue Artspace, Architecture of Cloth dari Auguste Soesastro sama sekali bukan merupakan sebuah usaha untuk menambah daftar panjang kolaborasi fashion dan seni. Hanya ada satu kepala yang dilibatkan di sini. Kalaupun ada, kolaborasi berlangsung dari dalam benak Auguste Soesastro sendiri. Bisa dimaknai bahwa pameran ini adalah usaha Auguste dalam mengunjungi kembali arsitektur – sebuah fragmen yang pernah Auguste pelajari di masa lampau, untuk memperkaya perspektifnya dalam berkarya sebagai fashion designer. Sebuah hal yang juga diyakini oleh Coco Chanel, “Fashion is architecture. It is a matter of proportion.”

Pada ruang galeri, bisa dilihat bagaimana Auguste mengejawantahkan prinsip dasar arsitektur pada bangun ruang produk fashion yang ia pamerkan. Setiap karya dilengkapi dengan cetak biru pola pakaian yang menjabarkan bagaimana baju bikinannya dibangun dari denah pola yang ada. Diundang pula berbagai inspirasi menarik pada desainnya, di satu karya, Auguste mengambil inspirasi dari armadillo untuk menciptakan lipatan dan pola jahitan pada sebuah outerwear. Di sudut lain, Auguste mencantumkan produk furnitur sebagai referensi desainnya. Dua karya ini mewakili enam karya yang berada pada section Fragmentation yang berfokus pada eksplorasi referensi pola pakaian.

Tak jauh dari situ, lima manekin menjadi representasi bagian Reduction yang dibangun oleh Auguste sebagai respon terhadap pengaruh minimalism pada fashion. Kelima karya yang dipajang di ruangan ini dibuat dengan pola yang minim – beberapa bahkan hanya menggunakan satu pola besar yang kemudian dijahit menjadi berbagai bentuk, mulai dari set atasan dan bawahan, juga beberapa outerwear.

Salah satu intisari utama pameran ini berada di section pertamanya yang dinamai Formation. Pada section ini, Architecture of Cloth mengangkat sebuah fungsi penting yang sering diabaikan, bukan hanya di bidang fashion, tetapi juga berbagai dimensi keseharian: pengarsipan. Bahwa selain untuk menunjukkan arsitektur dari sebuah baju, pameran ini juga merupakan usaha bagi Auguste untuk memulai dokumentasi karya, terutama mengenai pola baju sebagai inti dari aktivitas fashion design. Ini penting, karena dokumentasi yang rapi merupakan kunci dari pengembangan karya ke depannya.

Secara karya, Architecture of Cloth menunjukkan seberapa besar perhatian Auguste Soesastro terhadap teknis dan detail. Ini terlihat nyata pada karyanya yang berjudul “Quadrant”, dimana Auguste menyatukan puluhan pola berbentuk segi empat untuk menghasilkan sebuah outerwear. Yang membuat karya ini spesial adalah teknik pengerjaannya, menggunakan material fabrik khusus, Auguste menghabiskan lebih dari 160 jam untuk mengerjakan kombinasi teknik jahit mesin dan manual untuk melahirkan double-faced outerwear dengan hanya satu lapis kain.

Di luar karya dan usahanya untuk mengunjungi dan merekam masa lalu, Auguste menyimpan satu lagi visi disini. Architecture of Cloth adalah sebuah langkah ke depan baginya, “Banyak yang terlewatkan begitu saja di runway, padahal ada banyak detail spesial pada setiap baju di sana. Selain itu, fashion show lama-lama terlalu dieksploitasi, saya sebagai fashion designer membayangkan bahwa di tahun-tahun mendatang saya tak lagi melakukan fashion show. Saya lebih memilih untuk melakukan showcase seperti ini, karena di sini saya bisa lebih mengontrol semuanya, dimana detail dari semua yang saya kerjakan bisa tampil dan dinikmati secara ideal.” Dan, melalui ruang-ruang di Dia.Lo.Gue Artspace, Auguste telah membuka pintu baru bagi fashion untuk bisa diapresiasi dengan lebih seksama, persis seperti ketika ia menjahit satu per satu polanya menjadi kesatuan karya.whiteboardjournal, logo