Seleksi Karya: Musik Penjuru Indonesia

28.12.17

Seleksi Karya: Musik Penjuru Indonesia

Nada dan Suara dari Makassar, Malang hingga Lamongan

by Febrina Anindita

 

SENYAWA (YOGYAKARTA)

Rekomendasi: Yahya Dwi Kurniawan
Yang terbaik dari Senyawa adalah bagaimana nama mereka hidup dalam interaksi antara kerongkongan Rully dan instrumentasi Wukir yang menyatu dalam satu jiwa. Dalam setahun, mereka puluhan – jika bukan ratusan – kali bermain di acara bergengsi di luar negeri. Dan di sana, mereka bukan tampil di festival yang semenjana, Kazuhisa Uchihashi, Death Grips, Melt Banana hingga Justin Vernon (Bon Iver) adalah beberapa nama yang pernah berbagi panggung dan bekerja sama dengan Senyawa. Jika musik mereka belum sempat masuk telinga, inilah saatnya mencoba, karena tak pernah ada kata terlambat untuk menikmati hal-hal baik.

MAKMUR SEJAHTERA (BEKASI)

Rekomendasi: Giri Dwinanti
Ada aroma kuat Efek Rumah Kaca pada pengalaman pertama mendengarkan musik dari Makmur Sejahtera. Tapi yang membuat nama ini menarik adalah bagaimana Makmur Sejahtera kemudian mengolah inspirasi tersebut dalam nuansa yang jauh lebih polos dan sederhana. Sebelum karakternya yang sekarang, band yang terbentuk tahun 2013 ini telah mengalami beberapa perubahan, baik dari segi musik hingga personil. Kalau awalnya Makmur Sejahtera memperkenalkan diri sebagai band yang memainkan psychedelic rock atau post rock seperti lewat lagu “Gadis Kecil yang Mengintip dari Jendela lantai 2”, sekarang mereka terdengar lebih pop lewat album perdana mereka yang berjudul “Volume 1”.

BAREFOOD (BEKASI)

Rekomendasi: Candra Riadiyanto
Barefood sukses menjadi salah satu pelopor alternative rock yang terinspirasi dari 90’s revival dan menginspirasi banyak nama-nama baru untuk mengikuti jejak mereka. Semenjak mereka mengeluarkan mini album berjudul “Sullen” pada tahun 2014, Barefood menjadi nama yang kehadirannya selalu dinanti pada gig-gig underground ibu kota. Di tahun 2017 mereka kembali membuktikan kemampuannya dalam bermusik lewat album penuh bertajuk “Milkbox”, 10 lagu yang melanjutkan sekaligus mengembangkan musik mereka ke arahan baru yang semakin menyenangkan untuk diikuti.

BATTALION HAMMERS (LAMONGAN)

Rekomendasi: Okky Indraloka (Lamongan)
Band hardcore asal Lamongan ini banyak mengadaptasi sound-sound newschool hardcore yang heavy seperti Hatebreed, Madball, Terror, juga band-band lokal serupa seperti Outright dan Fraud. Mereka sempat merilis beberapa demo dan single berjudul “Rise from Nightmare” yang kemudian menjadi salah satu materi yang diselipkan untuk album perdananya berjudul “Dark Side”.

TABASCO (MAKASSAR)

Rekomendasi: Wahyu Adnan
Pergantian personil hingga vakum beberapa kali bukanlah halangan bagi Tabasco dalam bermusik. Band indie pop asal Makassar ini memainkan tembang-tembang yang mereka akui banyak terinspirasi dari band-band britpop seperti Radiohead dan Oasis. Sehingga, apa yang dimainkan oleh band yang telah mengeluarkan satu album mini di tahun 2013 dan satu album penuh bertajuk “Solitary” pada tahun 2015 ini mudah membekas ditelinga para penikmat musik catchy, khususnya bagi pecinta musik britpop.

MY FIRST IMPRESSION (JAMBI)

Rekomendasi: Riri Ferdiansyah
Meski belum terlalu banyak dibicarakan, band pop asal Jambi ini telah menjadi andalan di kotanya. Dari single dan video klip yang mereka miliki berjudul “Over Exposed Love”, terdengar jelas bagaimana lagu dan video klip ini membentuk karakter mereka. Dibalut dengan ciri musik Swing Jazz dan Bossanova dipadukan dengan musik Indie pop seperti yang sudah Mocca, White Shoes and The Couples Company atau bahkan Ten2Five lakukan.

BIANGLALA (BANJARMASIN)

Rekomendasi: Bayu Indra Aditya
Bianglala menjadi salah satu band rock asal Banjarmasin yang cukup berani dalam memilih gaya bermusik. Trio yang digawangi oleh Amirah (vokal & bass), Ozy (Gitar), dan Mai (Drum) ini identik dengan lagu raw yang kental dengan nada-nada fuzzy dan vokal yang nyaring. Band yang banyak terinspirasi dari Black Sabbath dan Led Zeppelin ini telah mengeluarkan satu album pendek di tahun 2016 bertajuk “Panorama” dan satu album penuh di tahun 2017 yang diberi judul “Besi Berani”.

SNICKERS AND THE CHICKEN FIGHTER (MALANG)

Rekomendasi: Albertus Prima Karuniargo
Nama SATCF sudah dikenal baik di kota Malang sejak dirilisnya mini album pertama mereka “White Lies” di tahun 2005, “Flower In December” EP di tahun 2006 dan di tahun 2011 mereka merilis album penuh pertamanya bertajuk “Snickers and the Chicken Fighter”. Pada album penuhnya, musikalitas mereka lebih matang dan bisa mengalihkan perhatian para penikmat musik pop-punk di Indonesia. Karena pada debut albumnya tersebut, mereka bereksplorasi dan mencoba untuk keluar dari zona nyamannya dengan menggabungkan musik alternative-rock di era 90-an dan karakteristik musik pop-punk mereka.

FILASTINE & NOVA (MALANG)

Rekomendasi: Vania Marisca Wibisono
Filastine & Nova adalah salah satu duo elektronik yang kemampuannya perlu diantisipasi. Adalah Grey Filastine (produser/komposer, Amerika Serikat) dan Nova Ruth (vokal, Indonesia) yang mengawinkan musik dengan budaya lintas negara dan dapat melahirkan sebuah karya musik tanpa batas. Dengan menggabungkan nada-nada otentik dengan modern seperti bebunyian khas Afrika, Asia, Arabik, sampai gamelan Jawa yang dipadukan dengan teknologi elektronik, mulai dari drum & bass, industrial, hingga dubstep.

SIGMUN (BANDUNG)

Rekomendasi: Gilang Anom Manapu Manik
Sigmun adalah nama yang tidak boleh terlewatkan ketika harus menyebutkan salah satu band lokal Bandung terbaik saat ini. Band yang digawangi oleh Haikal Azizi, Mirfak, Jono dan Tama ini telah memiliki satu album penuh bertajuk Crimson Eyes yang sebelumnya juga telah mengeluarkan beberapa album pendek seperti “Land of The Living Dead”, “Cerebro” dan “The Long Haul”. Lewat album-album pendek tersebut Sigmun memperlihatkan bagaimana kemampuan mereka dalam menghadirkan musik rock yang kental dengan nuansa psikedelia, filosofi dan kaya akan referensi. Secara perlahan namun pasti mereka membuat album penuh pertama mereka, yakni “Crimson Eyes” menggeser musik rock Sigmun yang sebelumnya terdengar agak “blues” dengan pilihan nada dan permainan musik yang lebih progresif dan penuh dengan reverb. Selain itu faktor lainnya adalah karena semakin banyaknya referensi yang mereka dapatkan hari ini.

OSCAR LOLANG (BANDUNG)

Rekomendasi: Muhammad Sabil Hibatulwafi
Solois folk asal Bandung ini memperkenalkan diri lewat lagu bertajuk “Eastern Man” yang merupakan sebuah cerita fiksi mengenai “orang Timur” yang sedang melagukan kisah tragis yang terjadi di kampung halamannya. Lagu perkenalan dari Oscar ini sukses menarik perhatian para penikmat musik Tanah Air karena menawarkan angin segar dan cukup berbeda dengan solois-solois folk yang sudah ada. Musisi yang banyak terinspirasi oleh Bob Dylan, Pete Seeger, dan Joan Baez ini memiliki aksi panggung yang interaktif karena selalu berusaha melibatkan penonton agar bisa terlibat pada penampilannya. Tema-tema yang Oscar tawarkan juga cukup berani dan variatif, pasalnya materi-materi yang dibuatnya merupakan bentuk kerisauan terhadap banyak hal yang ia rasakan.

MANUMANASA (TANGERANG)

Rekomendasi: Mos Monraw
Setelah sempat vakum kurang lebih selama satu tahun, Manumanasa kembali aktif di tahun 2016 dengan mengeluarkan single bertajuk “Unknown World”. Band asal Tangerang ini memainkan lagu-lagu bernuansa heavy rock yang banyak terinspirasi dari band-band seperti Black Sabbath, Sleep, Kyuss dan Acid King hal ini terlihat dari bagaimana Riff-riff gitar yang mereka mainkan dengan mid tempo yang dipadukan dengan suara vokal wanita dengan gaya yang cenderung pop-ish.

12 musisi di atas direkomendasikan oleh 12 emerging artist dari penjuru negeri yang terpilih menjadi finalis kompetisi kreatif, Go Ahead Challenge 2017. Kompetisi ini mengendus potensi yang tersebar di penjuru nusantara untuk kemudian mengembangkannya untuk menghidupkan regenerasi skena kreatif lokal. Tahun ini telah terpilih empat juara yang nantinya akan diterbangkan ke Amerika Serikat untuk pengalaman kreatif. Buka GoAheadPeople.id untuk mengikuti perjalanan para pemenang Go Ahead Challenge dan inspirasi kreatif setiap harinya.whiteboardjournal, logo

Tags