Ragam Ekspresi dalam Hip Hop

17.07.17

Ragam Ekspresi dalam Hip Hop

Substansi Skena Musik Indonesia Hari Ini

by Febrina Anindita

 

Musik menjadi bahasa universal yang mampu menghubungkan siapapun dalam situasi apapun – dan hip hop menjadi salah satu jenisnya yang menyediakan wadah ekspresi dan bahkan berkembang menjadi sebuah subkultur. Berangkat dari jalanan dan membahas segala hal yang terlihat maupun dibicarakan di jalanan, hip hop menjadi jenis musik sarat ekspresi diri. Lewat penggunaan beat dan lirik kuat, tiap komposisi mampu menunjukkan karakter sosok kreatif di baliknya. Walau berkembang di belahan dunia sebelah Barat, Indonesia pun ikut merayakan hip hop dengan caranya sendiri. Terbukti ketika dekade 90-an dibuat ramai oleh nama-nama seperti Iwa K, Denada, Sweet Martabak hingga Black Skin yang terkenal dengan lagu “Cewek Matre” di TV hingga radio.

Jika dulu Bahasa Indonesia mendominasi lirik lagu hip hop lokal, kini hip hop emerging artist mengoptimalkan akses yang mereka dapat lewat adanya internet dengan mengolah kata dalam Bahasa Inggris. Maraknya teknologi pun membuat mereka mampu menciptakan komposisi lewat deretan sample dari bermacam-macam lagu. Sekarang, dengan banyaknya cara hingga aset untuk mengolah nomor hip hop, di saat bersamaan banyak pula sosok kreatif hingga kolektif hip hop yang lahir di skena musik Indonesia. Kami menanyakan arti hip hop dan bagaimana jenis musik ini mampu mengakomodasi segala ide yang muncul di kepala kepada kolektif hip hop terkini, DJ dan rapper muda untuk melihat bagaimana perkembangan hip hop dalam skena musik lokal mampu merepresentasikan skena musik hari ini.

Trash Tapes
Apa hal yang menjadi landasan dibuatnya kolektif ini?

Trash Tapes sendiri kurang cocok disebut sebagai kolektif. Pada awalnya Trash Tapes terbentuk sebagai sebuah blog sederhana dan berkembang menjadi sebuah media. Lalu dilanjutkan di awal tahun 2017 dengan menjadi sebuah label rekaman dan artist management. Kami mengubah konsep awal untuk menjadi seperti yang saat ini, karena melihat banyaknya potensi-potensi artist maupun produser yang layak mendapatkan kesempatan yang lebih baik.

Sebagai salah satu kolektif hip hop di Indonesia, apa kendala yang dihadapi ketika ingin menunjukkan karakter ke skena musik lokal?
Kami tidak hanya bergerak di genre tertentu, bahkan hip hop sekalipun, karena Trash Tapes juga mempunyai roster yang berfokus dalam House dan bahkan RnB/ Neo-Soul. Sebenarnya tidak ada kendala di saat kami menunjukkan karakter kita, bahkan banyak eksperimen yang kita lakukan dari awal hingga kini, namun memiliki benang merah yang terlihat.

Hip hop Indonesia sempat memiliki fase jaya ketika banyak rapper dan unit hip hop hadir dengan beragam karakter. Menurut kalian, bagaimana skena hip hop hari ini?
Skena hip hop sekarang memiliki banyak potensi untuk berkembang lebih baik. Internet adalah kunci di balik mudahnya distribusi lagu dan menambah pertemanan di skena lokal maupun international.

Onar
Sebagai kolektif hip hop, apa manifesto yang ingin Onar angkat?

Semua orang bisa jadi apapun yang mereka mau dengan cara mereka sendiri.

Apakah hip hop di Indonesia hari ini mampu jadi wadah ekspresi diri?
Mampu, walaupun secara umum output-nya masih terasa monoton dalam aspek musik dan fashion dari kultur hip hop secara keseluruhan. Selama output-nya memang produk dari ekspresi, bukan keinginan irasional untuk dapat sensasi, hip hop akan selalu punya kredibilitas sebagai kultur.

Melihat perkembangan subkultur hip hop hari ini, apakah menurut Onar hip hop mampu merepresentasikan skena musik masa kini – muda dan berani untuk berekspresi?
Karya-karyanya sebenarnya cukup mumpuni. Sayangnya kebanyakan showcase-nya masih bias dengan party, sehingga ekspresi yang bisa tersalurkan terbatas dalam konteks hura-hura.

Maverick
Bagaimana Maverick melihat hip hop sebagai jenis musik yang mampu jadi medium ekspresi?

Dari subkultur hip hop sendiri, banyak elemen-elemen atau disiplin. Di luar musiknya saja, ada grafitti, breakdancing, beatmaking, rap dan fanzine (keduanya dekat dengan budaya tulis menulis), dan sebagainya. Buat saya, semua itu saling mengisi. Dalam payung hip hop, semua mediumnya tersedia, tinggal jalani saja mana yg pas.

Sebagai DJ, bagaimana cara Maverick memilah sample atau beat yang tepat untuk membuat sebuah komposisi musik?
Sebenarnya saya pribadi justru jarang nge-DJ (dalam artian konvensional) dan tidak menekuni terlalu dalam soal itu – kalau dibutuhkan untuk live saja biasanya. Saya lebih sering mengulik atau memproduksi di studio.

Karena sekarang teknologi dan internet sudah pesat sekali, saya banyak menghabiskan waktu di rumah, bermodalkan laptop dan software, berusaha memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk berpikir keras dan cari referensi, karena di atas segalanya, referensi itu penting. Pada prosesnya, sebisa mungkin saya mencari sound-sound yang identik dengan Maverick, yang bisa dijadikan ‘blueprint.’

Ketika itu sudah ditemukan, biasanya mengalir saja sih. Terkadang kalau belum sepenuhnya selesai, saya suka meninggalkan sebentar dan kembali berpikir kira-kira apa yang kurang dari satu komposisi yang saya buat – apakah ada sample atau beat yang efektif, dan sebagainya. Intinya, banyak berpikir sih (tertawa).

Bagaimana Maverick berinteraksi dengan rapper, baik pada saat compose musik dan pada saat tampil?
Tiap rapper biasanya punya kebutuhan masing-masing, baik saat compose (jumlah bar, sound yang di mix, dan sebagainya.) maupun saat live. Kembali lagi ke soal mengalir tadi, semuanya sejalan saja ketika apa yang dibutuhkan sudah didapat. Banyak mengobrol dan tukar ide adalah hal yang paling penting yang bisa dilakukan. Barulah dari situ kami bisa menentukan arahnya.

Yosugi
Mengapa Yosugi memilih format rap dan musik hip hop sebagai medium berekspresi?

Saya dari lahir mendengarkan hip hop dan hardcore punk saja, Yosugi merupakan realisasi dari segala cinta saya terhadap aliran musik tersebut. I just love making hip hop songs.

Selain aktif sebagai produser dengan nama Yosugi, Anda juga menjadi rapper dengan alias BAP. Rap sendiri hadir dengan lirik padat kata dan pesan. Bagaimana Yosugi merumuskan isu/pesan yang ingin disampaikan menjadi lirik dengan rima menarik?
Kendrick Lamar pernah diberi pesan oleh Ice Cube: “If you’re first bar didn’t grip, it ain’t shit”. Saya ambil hikmahnya dari kata-kata tersebut. Rap itu seperti novel, secara eksternal dan internal harus bermakna (apapun itu maknanya) dan juga harus menarik pendengar. Saya suka jika seorang rapper melakukan verse yang unik, yang nilai nya bukan cuma saat Anda mendengarkannya, tetapi jika Anda baca liriknya kata per kata itu mempunyai artinya masing-masing.

Jadi bagi saya, menarik itu satu hal yang penting, tapi agar lirik bisa dibedah lagi dan memberi makna ekstra merupakan hal yang penting juga.

Apa hal yang membuat hip hop mampu mengakomodasi ide atau suara Yosugi dibanding jenis musik lain?
Hip hop itu menyenangkan. Hip hop bisa dihancurkan dan distruktur kembali sesuai yang kita inginkan, dan hip hop juga sama seperti aliran musik lain. Hip hop bisa menjadi indah maupun tidak, itu semua tergantung ke mana sang sosok kreatif mau membawanya ke mana.

Bintang Adamas
Memiliki profesi sebagai fotografer, bagaimana awal mula ketertarikan Bintang terhadap musik hip hop?

Saya selalu tertarik dengan seni sejak kecil. Saya punya banyak cita-cita, 4 di antaranya adalah fotografer, penyair/penulis, filmmaker dan musisi. But I knew I could only do so many things at once. Perkenalan pertama saya dengan hip hop berawal dari kakak saya yang merupakan seorang B-Boy dan seniman grafitti di awal 2000-an. Ia memperkenalkan saya banyak musik, tidak hanya hip hop, tapi juga Sore dan Pure Saturday sampai Phoenix dan Kings of Convenience, bahkan Too Phat dan Nujabes.

Saat itu saya mendengarkan semua jenis musik dan selalu mencari musik baru. Sampai pada akhirnya beberapa tahun lalu saya sadar bahwa hip hop tidak hanya sebatas genre musik – hip hop adalah kultur yang berkembang dan mencangkup beragam medium karya, mulai dari literatur, visual art hingga sinema. Saat itulah saya pikir hip hop adalah pilihan saya karena di dalamnya terdapat segala hal yang saya ingin eksplorasi (fotografi, puisi, film dan musik). Lalu pada tahun 2016, saya dan teman – Dito Aria – membuat proyek bersama bernama Dopeless Dealers di mana ia membuat beat sedangkan saya menjadi rappernya.

Bagaimana Bintang melihat hip hop dan rapper sebagai medium untuk menyuarakan ide atau berekspresi?
Buat saya, dengan hip hop dan rap, kita bisa menjadi artikulatif dan ekspresif dalam berekspresi. Hip hop juga bisa membuat kita berpikir dan berdansa dalam waktu bersamaan dan membuat pikiran semua orang alert. Sebagai medium self expression, hip hop sangat kuat perannya.

Aktif sebagai rapper di skena musik lokal, bagaimana Bintang melihat perkembangan yang ada, mulai dari segi kreativitas kolektif serta tiap sosok yang berkontribusi di dalam skena?
Saya tidak bisa berkomentar secara pasti karena saya pendatang baru di skena hip hop lokal. Tapi sejauh pengamatan saya, perkembangannya sangat menarik dan diwarnai oleh banyak rapper dan beatmaker baru yang bermunculan tiap harinya – lengkap dengan ciri khas dan style unik.

Saya yakin bahwa tiap orang di skena memiliki cara sendiri dalam mengeksplorasi hip hop dan tentunya berkontribusi terhadap varian warna yang akan muncul di kemudian hari, as hip hop is not one thing, it is melting pot of various influences.

Terlepas dari gejolak yang timbul di dalam perkembangan hip hop di Indonesia, jenis musik ini mampu merangkum ekspresi seseorang tentang banyak hal, mulai situasi sosial hingga lifestyle lewat para representator muda. Alih-alih menggunakan beat atau sample canggih, pada akhirnya kata-kata menjadi amunisi dan substansi utama. Bebas pun menjadi kata kunci atas sikap yang diambil oleh para hip hop emerging artist maupun perkembangan musik hip hop lokal yang terjadi saat ini. Lewat mereka, terbukti bahwa skena musik Indonesia kini mencari sosok pemberani yang tidak peduli akan omongan orang dalam mengekspresikan komentar secara blak-blakan.

Berdasarkan situasi dunia kreatif Indonesia yang terus melahirkan talenta unik, sebuah kompetisi bernama Go Ahead Challenge hadir sebagai wadah eksplorasi skill dan ekspresi passion. Membuka pintu untuk beragam subkultur, mulai dari musik, visual art, style hingga fotografi, kompetisi ini menawarkan kesempatan kepada para the next emerging artist untuk berkolaborasi bersama idola untuk membawa skill mereka ke level yang lebih tinggi. Tiap tahunnya, para pemenang akan mendapatkan perjalanan kreatif di luar negeri, mulai dari Melbourne hingga Amsterdam – dan kali ini, Go Ahead Challenge akan membawa 4 sosok kreatif dari 4 macam subkultur ke Amerika Serikat untuk mendapatkan mengeksplorasi ide dan membawa skill mereka ke level yang lebih tinggi, langsung dari salah satu pusat budaya di dunia.whiteboardjournal, logo

Tags