INTO THE WOODS Edisi Ketiga Menyatukan Alam dan Manusia dalam Produk yang Menampilkan Indah Hutan Yoshino

Art
24.11.21

INTO THE WOODS Edisi Ketiga Menyatukan Alam dan Manusia dalam Produk yang Menampilkan Indah Hutan Yoshino

Menampilkan produk-produk yang diciptakan untuk membawa keindahan Yoshino Wood, dan kembali ke siklus pembentukan hubungan manusia dengan alam.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Nada Salsabila
Foto: Yuta Togo

INTO THE WOODS Singapore kembali hadir melalui edisi ketiganya. Dalam edisi terbaru ini, mereka memperkenalkan ide dan inovasi dari generasi baru pengrajin yang berdedikasi untuk melestarikan hutan Yoshino. Lahir dari penyatuan alam dan manusia, produk yang ditampilkan dibuat menggunakan Yoshino Nature. Produk-produk tersebut diciptakan untuk membawa keindahan Yoshino Wood, dan kembali ke siklus pembentukan hubungan manusia dengan alam.

Pegunungan di pusat Prefektur Nara menampung hutan Yoshino buatan manusia yang tumbuh lebih dari 500 tahun yang lalu. Dianggap sebagai salah satu perkebunan reboisasi tertua di dunia, hutan Yoshino dipuji oleh penduduk dan pengunjung karena mencerminkan kepercayaan orang Jepang dalam menjaga keharmonisan antara manusia dan alam. Ketika penduduk dan pengunjung berjalan melalui jalur hutan, mereka akan merasakan perwujudan keseimbangan tersebut. 

Pohon Yoshino adalah pohon tertua yang masih dirawat sampai sekarang. Banyak dari pohon tersebut seperti Cypress, Cedar, Cherry, dan Horse Chestnut berusia lebih dari 300 tahun. Mereka telah tumbuh lebih dari 30 meter, dengan diameter batang hingga 3 meter. 

Berdasarkan iklim Yoshino yang optimal dan sumber daya alam yang melimpah, kayunya menggabungkan keindahan dan keragaman bentuk yang luar biasa. Hal tersebut terbukti dalam kemampuan beradaptasi mereka yang kuat, tekstur yang lembut dan hangat di tangan, batang yang seragam dan lurus, dan kualitas antibakteri. Khususnya kayu Cedar dan Cypress dari hutan tersebut sudah dikenal secara global karena kualitas superiornya.

Jauh sebelum konsep keberlanjutan masuk ke kesadaran publik, penduduk di kawasan tersebut telah hidup selaras dengan alam. Praktik ini berlanjut ke proses manufaktur, di mana ujung kayu dipangkas selama produksi kayu untuk arsitektur, furnitur, dan produk gaya hidup yang digunakan untuk membuat sumpit. Hal tersebut untuk memastikan bahwa setiap bagian kayu berharga dari Yoshino tetap digunakan.

Dalam ambisi bersama untuk melestarikan tradisi yang diwarisi dan merevitalisasi industri dengan konsep dan teknik baru yang berkelanjutan, komunitas yang terdiri dari pengrajin, produsen, dan industri kehutanan lokal akhirya didirikan. Mereka telah menyadari perlunya inovasi, dan diversifikasi penggunaan Kayu Yoshino. 

Produk yang ditampilkan pada INTO THE WOODS edisi ketiga menampilkan produk unggulan dari masing-masing pembuat. Terdapat lampu karya Akari Yoshino yang dibuat dengan kayu organik dengan tujuan untuk memberikan terapi cahaya. Di sisi lain, terdapat karya Mokkou Mori yang memberikan penghormatan kepada Yoshino Wood dan masyarakat melalui karyanya, dengan menyajikan materi dalam bentuk terbaiknya. Terdapat juga karya dari Shimoichi Mokkosha ichi, MURAO, Morisho Meiboku, Takano Kagu, dan masih banyak lagi.

INTO THE WOODS: Crafted from Yoshino Nature akan dibuka di LUMINE SINGAPORE pada 26 November 2021, dan akan berlangsung hingga 5 Januari 2022, pukul 11 pagi hingga 10 malam setiap hari.whiteboardjournal, logo