Takashi Murakami Menggelar Pameran Bertajuk “Healing” di Galeri Perrotin Shanghai

Art
23.02.21

Takashi Murakami Menggelar Pameran Bertajuk “Healing” di Galeri Perrotin Shanghai

Galeri Perrotin Shanghai dipilih Takashi Murakami untuk menggelar pameran tersebut.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Daniet Dhaulagiri
Foto: Takashi Murakami / Kaikai Kiki Co., Ltd. / Perrotin

Sebuah pameran hasil kurasi Takashi Murakami yang digelar di Galeri Perrotin Shanghai menampilkan beberapa karya seni yang dinamis dari organisasi seni miliknya; Kaikai Kiki. “Healing” menjadi tajuk pilihan Murakami untuk pameran tersebut. Gerakan Superflat dari Murakami menjadi benang merah presentasi karya seni yang akan dipajang, gerakan itu merupakan sebuah garis keturunan seni kontemporer Jepang yang berakar pada anime dan manga.

Pameran “Healing” memboyong beberapa nama seniman untuk turut terlibat menampilkan karyanya, beberapa di antaranya yakni; MADSAKI, Mr., Shin Murata, ob, Otani Workshop, Aya Takano, TENGAone, Yuji Ueda, Chiho Aoshima, Emi Kuraya, Takuro Kuwata, KYNE, dan Kasing Lung. Murakami sendiri mempersembahkan sebuah lukisan yang cukup panjang, khusus ditempatkan pada satu sisi dinding galeri. Karyanya menampilkan motif dan pahatan bunga yang cukup ikonik, meliputi karakter Kaikai dan Kiki.

Beberapa karya yang menjadi sorotan di pameran tersebut di antaranya adalah patung keramik biomorfik garapan Otani Workshop, Aya Takano dan Chiho Aoshima membuat komposisi karya surealis. Ada juga sebuah lukisan milik Mr. dengan konsep penggambaran ulang video game-esque berdasarkan kehidupan gadis Jepang sehari-hari. “For me, [my identification with otaku] was a matter of making anime and manga into art — this has not been done historically,” ucap Mr.

Lalu ada MADSAKI dan TENGAone, dua seniman yang terinspirasi gaya grafiti, mereka membuat karya-karya yang lebih hidup dan terinspirasi dari anime untuk ditampilkan di pameran “Healing”. Dengan gaya hasil praktik di studionya masing-masing. Dalam sebuah pernyataan, Perrotin Shanghai mengatakan bahwa mereka berdua menggunakan media tersebut sebagai sarana mengekspresikan rasa frustasi dan keterasingan yang ditimbulkan oleh identitas bikultural mereka.whiteboardjournal, logo