Apa yang dapat Kita Pelajari dari Greenwashing?

Fashion
01.04.22

Apa yang dapat Kita Pelajari dari Greenwashing?

Mungkin Anda pernah mendengar istilah greenwashing, tetapi apakah Anda tahu bagaimana mengenali—dan menghentikan—hal itu terjadi?

by Whiteboard Journal

 

Teks: Jesslyn Sukamto
Foto: Reuters

Fast fashion. Anda pasti pernah mendengar istilah ini. Kemungkinan Anda sekarang memakai fast fashion. Fast Fashion benar-benar melonjak popularitasnya selama dekade ini — mencuri desain dari industri fashion dan runaway utama, hingga menawarkannya per musim dengan harga yang lebih murah untuk pembeli.

Jumlah pakaian dan barang-barang lain yang dijual beberapa merek juga menakutkan. Beberapa fashion retailer seperti Misguided dilaporkan meluncurkan hingga 900 produk baru dalam seminggu. Merek-merek terkenal seperti Zara, H&M, Mango, Shein atau Urbanic juga dikabarkan meluncurkan koleksi baru mereka hampir setiap dua minggu sekali untuk memenuhi permintaan yang ‘buatan’ — dimana supply nya melebihi demand nya.

Tetapi beberapa merek ini juga memiliki opsi ramah lingkungan, seperti koleksi ‘Join Life’ oleh Zara, yang menjanjikan pakaian berbahan daur ulang dan koleksi ‘Conscious’ oleh H&M. 

Bahkan Amazon dan Primark dinamakan sebagai “retailer yang paling sustainable” dalam polling baru-baru ini oleh Retail Week untuk laporan baru yang disebut: “Green Is The New Black”. Padahal, Amazon terus-menerus muncul di liputan berita dengan laporan tentang upah, hak, dan kondisi kerja pekerja yang buruk.

“Mayoritas konsumen yang disurvei ternyata lebih cenderung membeli dari retail dengan kredensial yang lebih etis dan sustainable (55 persen),” ditemukannya. Jelas, orang lebih menghargai sustainable fashion.

Tetapi apakah mereka benar-benar sustainable?

Menurut laporan dari Changing Markets Foundation, yang disebut ‘License to Greenwash’, mengatakan bahwa sebagian besar sertifikasi yang mengklaim sustainable ini palsu dan memungkinkan Greenwashing.

Contohnya, merek seperti H&M dan Primark memang memiliki koleksi yang “conscious”, tetapi itu bukan penawaran penuh dari mereka. Koleksinya kemungkinan hanya mencakup persentase kecil dari bagian pakaian dan aksesoris mereka. Bisa dibilang ini hanya sekedar untuk menarik orang melalui greenwashing, akan takutnya dianggap tidak sustainable.

Apa itu greenwashing?

Greenwashing adalah strategi pemasaran yang digunakan untuk menarik konsumen yang sadar lingkungan dengan membuat klaim palsu tentang produk atau koleksi mereka merupakan koleksi yang ‘ramah lingkungan’.

Mungkin contoh terbesar dan paling menonjol terhadap greenwashing adalah skandal emisi Volkswagen. Singkatnya, mobil mereka dijual dengan modifikasi software pada mesin Diesel mereka yang terdeteksi ketika sedang diuji dan mengubah kinerja mesin untuk meningkatkan hasil pengujian lingkungan.

Volkswagen mengakui kecurangan tes emisi dan harus menarik kembali dan memperbaiki lebih dari sebelas jutaan mobil. Skandal itu pun berlanjut ke pembuat mobil lain termasuk BMW dan Mercedes-Benz.

Jadi bagaimana cara membedakan sebuah produk itu bener-bener sustainable atau hanya greenwashing?

Untuk benar-benar mengetahui apakah suatu merek benar-benar sustainable dan etis, carilah sertifikasi B Corp. Ini berarti merek tersebut telah mencapai standar setinggi mungkin di lima kategori utamanya: pekerja, lingkungan, pelanggan, komunitas, dan tata kelola.

Sertifikasi ini telah ada sejak tahun 2006, dan hingga saat ini telah memiliki lebih dari 150.000 merek-merek yang mendaftar untuk dinilai, tetapi hanya 4.500 yang benar-benar lulus, membuktikan betapa sulitnya mendapatkan status tersebut. Amazon, Primark, Nike dan H&M tentunya tidak memiliki sertifikasi ini.

Produk-produk Indonesia yang telah memiliki sertifikasi ini adalah Mycotech Lab dan Danone-AQUA. Dengan mendapatkan Sertifikasi B Corp, membuktikan bahwa bisnis tersebut memenuhi standar tertinggi kinerja terverifikasi yang memberi dampak positif terhadap transparansi dan akuntabilitas.

Kalau begitu, bagaimana caranya agar tidak tertipu akan greenwashing

Memang tidak begitu mudah untuk mendeteksi mana merek yang greenwashing dan mana merek yang bener-bener sustainable. Beberapa cara untuk menghindari menjadi korban greenwashing adalah :

1. Cek label (atau website) brand untuk informasi lebih lanjut — setiap klaim terhadap lingkungan pada suatu produk harus didukung dengan data dan wawasan yang spesifik. Klaim-klaim umum seperti “green” tidak memberitahu apa pun yang spesifik tentang suatu produk dan biasanya menyesatkan.

1. Harapkan transparansi — jika sebuah merek mengambil langkah-langkah untuk menjadi sustainable, mereka akan dengan senang hati berbagi detail secara spesifik.
2. Carilah persentase dan penjelasan yang jelas terhadap klaim lingkungan yang mereka miliki. Misalnya, jika produk mengklaim dibuat dengan bahan daur ulang, carilah berapa persentase tersebut— ini akan memberitahu Anda jika hanya ada sedikit badan daur ulang yang tidak akan memiliki dampak lingkungan yang besar.
3. Cari sertifikasi lingkungan dari organisasi pihak ketiga seperti B.Corp yang memverifikasi klaim merek untuk menghindari penipuan.
4. Mindful buying — belilah secukupnya, donasi, atau belanja barang bekas.

Sayangnya, banyak brand besar yang masih kurang menganggap penting hal-hal yang patut dilakukan agar lebih sustainable. Jika hanya keuntungan saja yang dianggap penting, kehidupan manusia, lingkungan, praktik yang lebih baik, bahan yang lebih baik, dan upah yang lebih baik bakal tidak dilihat sebagai prioritas nyata sekarang maupun dalam waktu dekat.whiteboardjournal, logo