Andrea Li dan Michelle Lim Membuat Konsep Mainan yang Menggambarkan Kehidupan di Asia Tenggara

Human Interest
21.01.22

Andrea Li dan Michelle Lim Membuat Konsep Mainan yang Menggambarkan Kehidupan di Asia Tenggara

Salah satunya adalah My Crayons and Colouring Book dengan gambar buah-buahan yang ditujukan untuk mengingatkan, “Asian love language of fruit cutting.”

by Whiteboard Journal

 

Teks: Nancy Rumagit
Foto: Toys Aren’t Us (Andrea Li dan Michelle Lim)

Toys Aren’t Us adalah sebuah konsep untuk mainan anak-anak yang telah dibuat oleh Andrea Li dan Michelle Lim. Mainan ini akan memiliki aspek-aspek budaya kehidupan Asia Tenggara, yang menurut para pencipta kurang dimiliki oleh mainan-mainan yang kita miliki saat kecil. “We played with play houses that looked nothing like our own,” ujar mereka. “Dolls and figurines that looked nothing like us. Toy kitchens with ovens that our real kitchens never had. Kids build a sense of who they are from their toys. This meant we spent a lot of time idolising life in the West.”

Salah satu mainan yang telah mereka My Play Kitchen, yang terbuat dari kombinasi antara kayu, plastik, clay, dan kain, menggambarkan dapur tradisional Asia. “Strictly no ovens in this kitchen,” ujar mereka.

Selain itu, mereka pun telah membuat My PóPó, sebuah boneka seorang nenek dengan detail seperti sebuah tas kecil dengan paket merah untuk diberikan kepada cucu-cucunya, troli belanja yang dapat menampung bahan makanan untuk sepuluh orang, dan tempat biskuit kaleng yang berisikan alat menjahit.

Mereka pun telah membuat My Crayons and Colouring Book, dengan nama-nama krayon seperti Rabbit Candy, Lemon Tea, dan Goji Berry, yang mereka tujukan untuk mengingkatkan kita kepada, “Asian love language of fruit cutting.”

Semua mainan ini dapat dilihat di situs web mereka, dan kita pun dapat diberikan opsi ‘I Wish This Was Real,’ yang akan memberikan kita peringatan jika mainan-mainan ini akan mulai diproduksi dan didistribusikan oleh Andrea Li dan Michelle Lim.whiteboardjournal, logo