Berpakaian Kostum ‘Squid Game’, Serikat Pekerja Korea Selatan Menyerukan Pemerintah untuk Meningkatkan Hak-Hak Pekerja

Human Interest
26.10.21

Berpakaian Kostum ‘Squid Game’, Serikat Pekerja Korea Selatan Menyerukan Pemerintah untuk Meningkatkan Hak-Hak Pekerja

Serikat Pekerja menuntut kondisi yang lebih baik dan upah minimum yang lebih tinggi bagi pekerja kepada pemerintah.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Nada Salsabila
Foto: Twitter (@dotorii_muk)

Meskipun tampilan Squid Game akan menjadi pilihan populer untuk kostum Halloween tahun ini, tampilan tersebut juga tampaknya digunakan untuk tujuan yang jauh lebih penting. Tanggal 20 Oktober lalu, puluhan ribu pekerja turun ke jalan untuk memprotes kondisi yang lebih baik dan upah minimum yang lebih tinggi bagi pekerja. Mereka berpakaian seperti penjaga bertopeng hitam dari serial Netflix Squid Game.

Menurut The Straits Times, sekitar 80.000 anggota Konfederasi Serikat Buruh Korea Selatan di 13 kota berbeda di Korea Selatan menuntut pemerintah negara itu untuk memberlakukan kondisi kerja yang lebih baik bagi pekerja tidak tetap yang di bawah undang-undang perburuhan Korea Selatan, tidak menerima tunjangan yang sama seperti karyawan yang digaji. Dalam tuntutan tersebut mereka juga meminta pemerintah untuk melakukan kenaikan upah minimum bagi pekerja.

Di Seoul sendiri, 27.000 orang berkumpul untuk memprotes. Hal tersebut mendorong pemerintah setempat untuk mengerahkan sekitar 12.000 petugas untuk mendirikan “dinding bus” dan pagar untuk pengendalian massa, khususnya di Gwanghwamun Plaza, di mana sebagian besar unjuk rasa berlangsung.

Lim Yun Suk, Kepala Biro Korea untuk Channel News Asia, mengatakan dalam sebuah tweet bahwa beberapa pekerja serikat mengatakan mereka juga berjuang untuk mencari nafkah seperti karakter dalam “Squid Game.”

Serial asli Netflix ini dengan jelas menyoroti ketidakadilan yang melekat pada sistem kapitalis. Film ini berpusat pada sekitar 456 orang dewasa yang dililit hutang di ambang kehancuran finansial yang diundang untuk bermain permainan anak-anak untuk memenangkan 45 miliar won (sekitar $40 juta). Namun dengan konsekuensi bagi pemenang yang kalah akan dibunuh.

Bagi banyak orang di Korea Selatan, acara itu terasa dekat. Menurut laporan yang diterbitkan dalam International Journal of Occupational and Environmental Health pada Juli 2016, pekerja di Korea Selatan rata-rata bekerja 44,6 jam per minggu, lebih tinggi dari jumlah jam kerja rata-rata mingguan (32,8) di negara-negara anggota OECD.

“Beberapa adegan sangat sulit untuk ditonton,” seorang mantan pekerja di Ssangyong Motors Korea Selatan, yang memberhentikan ribuan karyawan saat mengajukan perlindungan kebangkrutan pada tahun 2009, mengatakan kepada ABC News.

Reuters mengatakan unjuk rasa itu melanggar peraturan pemerintah yang mengekang aksi unjuk rasa. Di bawah langkah-langkah jarak sosial yang ketat di kota itu, semua aksi unjuk rasa dilarang di Seoul dan wilayah Seoul yang lebih luas. Untuk membatasi penyebaran COVID-19, Presiden Korea Moon Jae-in juga menyarankan karyawan serikat pekerja untuk tidak berkumpul.whiteboardjournal, logo