Bukan Hanya di Amerika, Kurangnya Akomodasi Gender-Affirming Care Membawa Resiko Besar Bagi Komunitas Transgender di Inggris

Human Interest
11.04.23

Bukan Hanya di Amerika, Kurangnya Akomodasi Gender-Affirming Care Membawa Resiko Besar Bagi Komunitas Transgender di Inggris

Komunitas transgender di Inggris terpaksa menjalani perawatan DIY dengan membeli hormon secara online, membuktikan betapa kurangnya kualitas gender-affirming care.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Reiko Iesha
Foto: Louisville Public Media

Gender-affirming care, perawatan medis dan kesehatan mental yang disediakan untuk komunitas transgender, di Inggris masih jauh dari akomodatif. Karena itu, anggota-anggota komunitas transgender di Inggris sudah sejak lama terpaksa harus menjalani perawatan hormon sendiri tanpa bantuan ahli kesehatan. Para dokter umum yang ingin membantu anggota komunitas transgender pun sering kali tidak memiliki kemampuan untuk memberi dukungan penuh.

Dengan banyaknya orang transgender yang terpaksa self-medicate, telah dibuat banyak forum khusus untuk komunitas transgender berisi pengetahuan untuk mengurangi dampak buruk dari perawatan hormon DIY. Seorang moderator untuk salah satu forum tersebut, dengan nama samaran Max, menjelaskan bahwa hormon seperti estrogen dan testosteron mudah diakses dalam berbagai negara kecuali Amerika dan Inggris. Maka itu, anggota komunitas transgender di Inggris terpaksa harus membeli hormon yang mereka perlukan secara online

Walau gender-affirming care tersedia di Inggris, menurut seorang dokter dari Gender Hormone Clinic, Mary Burke, lima sampai sepuluh persen dari pasien mereka selalu terpaksa menjalani perawatan sendiri sebelum bisa mendapatkan gender-affirming care dari ahli kesehatan. Salah satu penyebab fenomena ini adalah diharuskannya penerima gender-affirming care untuk didiagnosa dengan gender dysphoria, suatu kondisi di mana seorang individu mengalami pertentangan akan jenis kelamin dan identitas gender dalam dirinya. Selain mahal, terutama jika didapatkan dari institusi swasta, diagnosa semacam ini sering kali memalukan dan seakan mengatakan bahwa mereka harus memiliki gender dysphoria agar dapat dianggap “cukup trans”—merendahkan identitas gender para anggota komunitas transgender. 

Dengan dokter umum yang tidak mendapatkan pelatihan lengkap untuk menangani pasien transgender, banyak sekali dari mereka yang juga terpaksa harus belajar sendiri mengenai perawatan-perawatan hormon yang mereka perlukan. Setelah sepuluh tahun, teman transmaskulin Max yang telah dalam proses transisi selama 30 tahun, baru menyadari bahwa dokter umum yang menangani kasus dia tidak pernah memeriksa hormon testosteron ataupun estrogen dalam dirinya sebagai bagian dari perawatan. Kecerobohan semacam ini bisa menyebabkan penyakit seperti polisitemia, yang berarti konsentrasi sel darah merah yang terlalu tinggi dalam darah seseorang. 

Kesulitan dalam mengakses hormon tentunya sangat mengganggu bagi seorang transgender. Jack Parker mengalami kesulitan ini ketika ia mencari perawatan dari institusi swasta Gendercare, yang membuat Parker menunggu sembilan bulan agar bisa mendapatkan hormone assessment. Alejandra Muñoz, seorang transgender yang sudah mendapatkan gender-affirming care selama tinggal di Spanyol selama bertahun-tahun, terpaksa harus memulai dari nol ketika ia pindah ke Inggris. Muñoz baru berhasil mendapatkan pengobatan dan perawatan yang sebenarnya sudah ia jalani selama bertahun-tahun setelah bertemu dengan banyak dokter umum berbeda yang akhirnya mampu memberi ia resep pengobatan hormonal. 

Kualitas gender-affirming care di Inggris yang masih di bawah kualitas standar membuktikan bahwa komunitas transgender belum bisa mengandalkan sistem medis. Dengan sistem yang—selain kurang memenuhi kebutuhan komunitas transgender—sering kali masih transfobik, para anggota komunitas transgender harus membantu satu sama lain agar mampu mendapatkan perawatan dan pengobatan yang baik.whiteboardjournal, logo