Mengutil Jadi Tren Gerakan Pembangkangan Sipil terhadap Kapitalisme

Human Interest
01.03.23

Mengutil Jadi Tren Gerakan Pembangkangan Sipil terhadap Kapitalisme

Kaum muda mencuri barang sebagai upaya melawan sistem dan merespon biaya hidup yang makin melonjak.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Faesal Mubarok
Foto: U.S Army

Pengutilan, kejahatan kuno dan bisa dibilang paling umum dalam sejarah, telah mengalami pergeseran nilai. Tahun lalu, mengutil secara signifikan meningkat 21 persen menurut data Kantor Statistik Nasional Inggris. Pencegahan pencurian yang seharusnya hadir malah memperlihatkan rasa empati kepada mereka yang tidak mampu membeli produk penting karena biaya hidup yang melonjak. “Kebanyakan orang mencuri satu atau dua barang di samping toko karena upaya untuk mengurangi tagihan mereka dan saya tidak menyalahkan mereka. Saya punya teman yang melakukan hal yang sama,” kata seorang petugas keamanan Inggris kepada Vice bulan lalu.

Selain sarana untuk bertahan hidup, mengutil juga menjadi bentuk pembangkangan sipil, melalui kaum muda anti-kapitalis yang memanfaatkan kekuatan media sosial untuk melawan perusahaan besar—keluar dari toko seperti Target, Walmart, Tesco, dan Sainsburys tanpa membayar.

Mengutil mulai mendapatkan daya tarik pada abad ke-17 ketika pemilik toko mulai memajang barang mereka di balik jendela kaca, yang kemudian membuatnya lebih mudah untuk dicuri. Namun sejak saat itu, mengutil telah berevolusi dari kebutuhan menjadi sesuatu yang jauh lebih dipolitisasi. Meskipun sulit untuk menentukan kapan tepatnya orang mulai mengutil sebagai tindakan pembangkangan anti-kapitalis, tetapi jelas bahwa kaum muda adalah kekuatan di balik tren ini.

Menurut jajak pendapat Axios tahun 2021, 52 persen Gen Z di AS memiliki perasaan negatif terhadap kapitalisme, sementara di Inggris Raya memperlihatkan 67 persen anak muda menyukai model ekonomi sosialis. Hal ini masuk akal, karena kaum muda berada di ujung tanduk ketidaksetaraan generasi. Upah minimum federal di AS tetap di angka $7,25 per jam selama 13 tahun terakhir, sementara di Inggris biaya hidup telah naik sedemikian rupa sehingga dua dari lima Gen Z harus bekerja lebih dari satu pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan.

Mengingat semua kondisi ini, tidak mengherankan jika begitu banyak orang yang perlu mengutil untuk membeli kebutuhan dasar, ingin memprotes sistem, atau keduanya. “Saya tidak percaya bahwa mencuri dari perusahaan besar itu tidak bermoral, karena hal itu mengurangi sistem yang mengeksploitasi pekerja dan sumber dayanya untuk keuntungan ekonomi,” kata Mariana kepada Dazed.

Di subreddit, tempat paling umum orang mengaku mengutil adalah Walmart, Target dan toko kelontong. Banyak postingan menunjukkan daging dan minyak di tangan pengutil. Postingan lain kemudian membahas korelasi antara biaya barang dan pencurian. Fenomena yang terjadi adalah sebuah sentimen yang semakin relevan, karena inflasi di Inggris telah naik 22 persen, sementara di AS orang juga berjuang untuk mendapatkan makanan karena harga bahan makanan mencapai titik tertinggi sepanjang masa.

Di TikTok, tagar seperti #shoplifters dan #borrowingtips semakin populer. Dalam satu video, pengguna memperjelas bahwa mereka “tidak peduli” dan “tidak merasa menyesal” karena mencuri serta mengutuk “keberanian perusahaan besar yang menghasilkan miliaran dolar per tahun, dan masih menolak untuk membayar pekerja mereka dengan upah yang layak.” 

Budaya ini berkembang dan tidak hanya berkutat pada pengutilan, tetapi juga mengajari orang lain cara melakukannya. Gerakan oleh anak muda sedemikian rupa mencari jalan lain untuk perubahan sosial, yang pada akhirnya, mengutil adalah solusi untuk masalah keserakahan perusahaan yang sistemik. whiteboardjournal, logo