Mikroplastik Telah Beredar di Dalam Darah Kita, What’s Next?

Human Interest
06.04.22

Mikroplastik Telah Beredar di Dalam Darah Kita, What’s Next?

Plastik. Ringan, tahan lama, fleksibel, murah untuk diproduksi. Terdapat di lautan terdalam, gunung tertinggi, di udara dan air, dan sekarang, di dalam tubuh kita sendiri.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Jesslyn Sukamto
Foto: Getty Images

Tampaknya sulit untuk percaya bahwa ada masa ketika plastik tidak pernah menguasai hidup kita, tetapi kenyataannya adalah bahwa sejumlah 9.2 miliar ton plastik diperkirakan telah diproduksi dari tahun 1950 sampai 2017, lebih dari setengahnya diproduksi sejak tahun 2004.

Bahkan, pandemi mengakselerasi pertumbuhan produksi sampah plastik — sampah plastik sekali pakai sebagai bentuk penjagaan kebersihan dan kesehatan di tengah pandemi COVID-19.

Meskipun kita menganggap plastik itu sebagai barang sekali pakai, tapi plastik tidak dapat terurai secara hayati dan begitu perjalanannya dimulai di pantai atau sungai setempat, plastik akan terus berlanjut selama berabad-abad, terdorong oleh arus.

Non-biodegradable berarti plastik itu akan bertahan selamanya. Ini termasuk saluran air yang tersumbat, saluran pencernaan yang tersumbat pada hewan-hewan laut, tepi sungai yang penuh dengan sampah, pantai yang penuh dengan gunungan botol-botol plastik, tas, dan wadah dari semua jenis yang dicuci.

Singkatnya, walaupun plastik telah mendominasi dan menaklukan dunia dengan banyaknya kegunaannya sampai dinamakan produk ajaib, keberadaan dan daya tahannya menjadikan plastik sebagai mimpi buruk lingkungan dan ekologis. 

Plastik juga sering muncul dalam video-video yang beredar di internet seperti contohnya penyu dan lumba-lumba yang terperangkap dalam kantong plastik atau jaring ikan. Tetapi ada efek yang kurang terlihat — mikroplastik, partikel plastik kecil yang terbentuk saat plastik mulai terurai dan selama pembuatan produk komersial.

Tingginya konsentrasi mikroplastik yang terdeteksi di sungai Bengawan Solo dan Brantas di Pulau Jawa, Indonesia. (Foto: AA)

Mikroplastik di dalam tubuh?

Indonesia yang kaya akan sumber daya laut pastinya tak bisa terhindar dari tercemarnya plastik. Plastik-plastik yang lebih besar terurai perlahan-lahan oleh lingkungan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil, dan menjadi apa yang kemudian disebut mikroplastik. Beberapa bahkan tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.

Di Indonesia sendiri sudah banyak kasus ditemukannya mikroplastik di sungai-sungai besar di Indonesia, terutama kandungan mikroplastik di ikan nila yang sudah dicap sebagai tak layak untuk dikonsumsi. Studi tersebut dilakukan oleh Ecoton, yang menemukan bahwa sampel ikan-ikan dari Sungai Brantas, Sungai Bengawan Solo dan Sungai Citarum positif mengandung mikroplastik. Kandungan mikroplastik tertinggi di Sungai Citarum, dengan kandungan 68 partikel mikroplastik per ikannya.

Ujung-ujungnya, ikan itu bakal dikonsumsi manusia — yang bisa berdampak buruk. Ini membuktikan bahwa mikroplastik ini tidak hanya berasal dari lautan atau lingkungan sekitar, tapi juga dari hal yang kita konsumsi. 

Sekarang, untuk pertama kalinya, para ilmuwan telah menemukan mikroplastik dalam darah manusia. Para ilmuwan sebenarnya sudah memprediksi ini, namun hal itu hanyalah dianggap sepele. Sekarang ketika kita sudah memiliki bukti yang aktual terhadap kehadiran mikroplastik dalam darah kita, ini menimbulkan pertanyaan — apakah yang akan terjadi selanjutnya, bagaimana ini akan berdampak kepada teman atau saudara kita yang melawan kanker atau asma?

Mikroplastik itu merupakan sebuah karsinogen yang terkenal — di dalam laboratorium, mikroplastik telah diobservasi menyebabkan kerusakan terhadap sel tubuh manusia yang bisa menyebabkan kematian sel dan reaksi alergi. Mikroplastik juga dapat mengakibatkan gangguan hormon, dengan beberapa kandungan yang mengandung potensi berbahaya seperti “Bisphenols-A”, “Phtalate”, dan masih banyak lagi.

There’s no escape dari mikroplastik. Sebuah studi telah melaporkan keberadaannya dalam darah manusia yang menekankan bahwa, “Butiran-butiran kecil dari plastik yang hampir tidak terlihat telah ditemukan hampir di seluruh permukaan bumi ini, dari lautan terdalam sampai pegunungan tertinggi, termasuk di udara, tanah, dan rantai makanan.”

Dari segi makna garis besarnya, mikroplastik terbagi menjadi dua, mikroplastik utama dan mikroplastik sekunder. Mikroplastik utama merupakan partikel yang digunakan di beberapa kosmetik, sedangkan mikroplastik sekunder datang dari hasil terurainya bahan plastik yang lebih besar.

Studi dari Environment International membuktikan teori ini dengan mengembangkan sebuah cara mendeteksi adanya mikroplastik di dalam darah manusia. Mereka kemudian menggunakan cara ini untuk membandingkannya dengan darah dari 22 orang yang sehat.

Pertanyaan menarik yang mereka ajukan adalah: “Ke arah manakah mikroplastik dalam tubuh berjalan? Bisakah itu dihilangkan? Diekskresikan? Atau kalau mikroplastik tertahan di organ tertentu dan terakumulasi, gimana dong?

Teori saat ini membuktikan bahwa partikel tidak masuk ke tubuh kita hanya melalui udara, air atau makanan, tetapi juga dalam produk seperti pasta gigi tertentu, lip gloss dan tinta untuk tato. Banyak penelitian lebih lanjut diperlukan sebelum kita dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan penting.

Adanya satu hal yang kita tahu pasti yaitu kita sekarang memiliki bukti tak terbantahkan bahwa “partikel plastik tidak hanya menyebar ke seluruh lingkungan, tetapi juga meliputi tubuh kita.” 

Jika sebelumnya kita tidak cukup peduli dengan sungai dan lautan kita untuk membuat beberapa perubahan gaya hidup yang penting, mungkin sekarang saatnya kita lebih peduli terhadap jenis sungai yang lain — sungai yang mengalir di seluruh tubuh kita — darah kita sendiri.whiteboardjournal, logo