Anda Bisa Hidup Selamanya di Metaverse lewat Fitur “Live Forever” 

Media
19.04.22

Anda Bisa Hidup Selamanya di Metaverse lewat Fitur “Live Forever” 

Sebuah perusahaan metaverse menawarkan kesempatan untuk ‘hidup selamanya’ di dunia digital bahkan setelah Anda meninggal di kehidupan nyata.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Jesslyn Sukamto
Foto: Somnium Space

Somnium Space telah mengungkapkan rencana untuk menawarkan ‘keabadian’ kepada penggunanya dengan fitur “Live Forever”. Walau mungkin terdengar seperti episode “Black Mirror” tetapi mereka berpikir bahwa ‘keabadian di metaverse’ dapat menjadi kenyataan. Akan tetapi, di hidup ini tidak ada yang cuma-cuma, apalagi ketika ingin hidup selamanya. Untuk dapat menggunakan fitur ini, para pengguna harus rela menyerahkan sejumlah besar data pribadi ke Somnium Space.

Dengan “Live Forver”, fitur tersebut memungkinkan orang-orang untuk menampilkan persona mereka di metaverse lewat data personal yang telah dikumpulkan. Data-data ini kemudian terbentuk menjadi avatar yang bergerak, berbicara, dan terdengar persis seperti pengguna dan dapat terus melanjutkan hidupnya.

Memiliki akses ke banyak data tentang penggunanya adalah hal yang mengkhawatirkan, namun CEO Somnium Space menjanjikan bahwa Somnium Space tidak akan menghasilkan uang dengan menjual data orang kepada periklanan – berbeda dengan apa yang Meta lakukan ke para penggunanya.

“Kami ada di dunia yang terdesentralisasi,” kata Artur Sychov, CEO dari Somnium Space. “Kami tidak ingin tahu namamu. Kami tidak peduli siapa Anda.”

Sychov percaya bahwa dia sedang menciptakan sebuah model bisnis yang lebih bertanggung jawab, yang juga diharapkan akan memungkinkan pengguna untuk merasa nyaman mentransfer data dalam jumlah yang tak terbatas ke perusahaan untuk dianalisis.

Dengan semua data yang disimpan, Somnium Space kemudian akan bekerja untuk membuat berjumlah-jumlah ‘jiplakan’ pengguna dengan gerakan visual dan cara bicara yang sama. 

Dilansir dari VICE, Sychov mengatakan, “Secara harfiah, jika saya mati—dan saya mengumpulkan data ini—orang dapat datang atau anak-anak saya, mereka dapat masuk ke dunia digital ini, dan mereka dapat melakukan percakapan dengan avatar saya, dengan gerakan saya, dengan suara saya.”

Keindahan dari fitur ini, menurut Sychov, adalah bahwa versi lain dari pengguna ini bakal terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi kecerdasan buatan di masa depan, bahkan jika semua data dikumpulkan sejak bertahun-tahun lalu. 

Somnium Space juga berharap untuk mematok harga serendah mungkin—dengan harga sekitar USD 50 selama setahun untuk fase awal—tetapi Sychov memperkirakan biaya penyimpanan data yang intensif tetap akan memerlukan pembayaran.

Ketika berbicara tentang data pribadi, kematian dan keabadian, tentu akan banyak isu etika yang timbul di dalamnya. Apakah kita benar-benar menginginkannya? Bagaimana dengan keluarga yang ditinggalkan? Walau terdengar sebagai masa depan yang menjanjikan, nampaknya teknologi ini akan membutuhkan waktu lama untuk menjadi hal umum dalam kehidupan (atau kematian) manusia.whiteboardjournal, logo