Who, What, Why: Where Am I Really From?

Media
06.12.20

Who, What, Why: Where Am I Really From?

Sebuah wadah untuk menyuarakan kegelisahan para diaspora Asia Tenggara seputar microaggression, daily racism, sexism, maupun xenophobia.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Ratu Intan Mutia
Foto: Oy Kwon

WHO

Di tahun 2017, seorang fotografer asal Indonesia yang berbasis di Jerman, Irma Fadhila, mencetuskan sebuah ide untuk membuat proyek anti rasisme. Berangkat dari pengalaman pribadi, ia mulai menyalurkan perasaan negatif tersebut menjadi suatu proyek kreatif.  Wujud dari ide tersebut kini dapat kita kenal dengan nama “where am i really from?”. Mulanya, proyek ini sempat bernama “where are you from?” yang ditujukan untuk komunitas diaspora Asia Tenggara di Jerman. Warna-warni cerita dari kontributor dirangkai menjadi photo series yang disertai dengan hasil wawancara mengenai pengalaman pribadi seputar microaggression, daily racism, sexism, maupun xenophobia. Seiring berjalannya waktu, proyek ini berganti nama menjadi “where am i really from?” dan telah mencakup kontributor di benua Eropa. Tetap berpegang pada prinsip yang sama, “where am i really from?” mengajak para pembaca serta kontributor untuk melakukan refleksi dalam mengenal identitas diri. 

WHAT

Proyek “where am i really from?” mulai berjalan di awal tahun 2018. Dengan latar belakang fotografinya, Irma bertemu dengan para kontributor untuk melakukan sesi foto serta wawancara. Pada musim panas hingga musim dingin 2018, poyek ini tampil di beberapa pameran yang berada di Berlin. Bentuk dari pameran ini berupa foto, kutipan hasil wawancara, serta self-published book berisi wawancara lengkap dari 18 kontributor. Tidak hanya sekadar melihat foto-foto yang terpajang, pengunjung pun dapat duduk dan membaca buku tersebut. Hingga saat ini, “where am i really from?” sudah dipamerkan sebanyak empat kali dalam group exhibitions serta dimuat di beberapa media, seperti South China Morning Post dan Deutsche Welle Indonesia. 

Ketika pandemi COVID-19 tengah berlangsung di tahun 2020, berbagai racist experience yang dialami diaspora Asia Tenggara mulai kembali muncul ke permukaan karena dianggap sebagai pembawa virus. Hal ini pun membuat Irma tergerak untuk menghidupkan kembali “where am i really from?” menggunakan platform yang dapat mencakup lebih banyak kontributor, yaitu Instagram. Proses pengambilan konten di masa pandemi ini jauh lebih ringkas daripada sebelumnya. Apabila kontributor tinggal di Berlin, sesi foto tetap dilakukan dengan memperhatikan protokol kesehatan. Untuk yang tinggal di luar Berlin atau Jerman, pengambilan gambar akan dilakukan dengan screenshot layar video call dan hasil wawancara akan didapatkan melalui pengisian formulir online

WHY

Pengalaman ketika terus-menerus mendapatkan pertanyaan terkait etnis dan hal rasis lainnya, memang akan menjadi sangat melelahkan. Apalagi, ketika orang-orang yang mengalami kejadian tidak mengenakkan ini cenderung merasa sendirian dan tidak tahu bagaimana harus mengungkapkannya. Dari hal-hal inilah “where am i really from?” benar-benar lahir sebagai kaleidoskop yang indah dan penuh makna. Selain menjadi wadah untuk menyuarakan kegelisahan, proyek ini juga diharapkan agar dapat meningkatkan kepedulian dari lingkungan sekitar akan isu yang diangkat. whiteboardjournal, logo