Tentang Pelecehan dan Pengalaman Sebagai Perempuan di Single Kolaborasi Marion Jola, Danilla dan Ramengvrl

Music
11.06.21

Tentang Pelecehan dan Pengalaman Sebagai Perempuan di Single Kolaborasi Marion Jola, Danilla dan Ramengvrl

Seperti sebuah antologi, “Don’t Touch Me” rangkum pengalaman pribadi Marion Jola, Danilla, dan Ramengvrl sebagai seorang wanita.

by Whiteboard Journal

 

Text: Shadia Kansha
Foto: Press Release/Universal Music Indonesia

Rasanya nama Marion Jola, Ramengvrl, dan Danilla sulit sekali dibayangkan berada dalam satu produk rekaman suara yang sama. Bagaimana tidak? ketiga nama tersebut berasal dari genre yang jauh berbeda. Tidak perlu kita bersusah payah membayangkan, hari ini (11/06) ketiga musisi wanita tersebut merilis single kolaborasi mereka yang berjudul “Don’t Touch Me”.

Didukung oleh labelnya, Universal Music Indonesia, Marion Jola menghubungi Danilla dan Ramengvrl untuk membuat track bersama. Selama kurang lebih dua bulan, mereka berbagi referensi yang bervariasi, mencari aransemen yang mampu membawa style mereka masing-masing, dan menulis lirik dengan berbagai macam perspektif untuk dicerna oleh pendengarnya. Mereka mengakui bahwa perbedaan genre tidak mempengaruhi proses kreatif, bahkan mereka sendiri merasa terheran-heran dengan harmonisasi style mereka yang bagai langit dan bumi.

Lagu “Don’t Touch Me” ini membahas berbagai struggle fisik maupun batin yang harus dilalui sehari-hari sebagai seorang wanita. Mereka menyentuh hal-hal relatable, seperti: kegelisahan karena direndahkan atau di objektifikasi, amarah yang timbul dari kemuakan akan kesenjangan dari gender bias yang beredar, dan juga perdebatan batin yang kerap menghalangi kita untuk mencintai diri sendiri. 

Danilla (kiri atas), Marion Jola (tengah bawah), dan Ramengvrl (kanan atas) dalam Press Conference Perilisan “Don’t Touch Me” | Sumber: Creathink Publicist

Dengan lagu ini mereka ingin hadir dan mendukung para wanita, termasuk penyintas, untuk tidak berjuang sendirian. Besar harapan mereka bahwa, melalui lirik lagu yang disuguhkan, mereka dapat mendampingi para wanita yang kebingungan memahami ketidaknyamanan yang mereka lalui.

Dalam Press Conference perilisan lagu tersebut (10/06), mereka bertiga mengakui bahwa pelecehan merupakan sebuah resiko industri yang harus diterima. Marion Jola bercerita bahwa, berdasarkan pengalamannya, perjalanan pemulihan dimulai dengan membuka diri dan mengosongkan segala perasaan yang dipendam. Dilecehkan memang terasa seperti aib yang harus ditanggung sendiri, namun tidak seharusnya dilihat seperti itu. Ramengvrl kemudian menambahkan bahwa penyintas kerap menyalahkan diri mereka sendiri atas ketidakadilan yang mereka alami. Ia mengingatkan bahwa pelaku akan selalu menemukan celah untuk melakukan hal tersebut, bagaimanapun kita membawa diri. Bagi Danilla, tantangan terbesar para penyintas adalah memaafkan apa yang telah terjadi dan belajar mencintai diri sendiri dengan lebih baik lagi.

Kembali lagi membahas lagu “Don’t Touch Me”, produk rekaman suara tersebut diproduseri oleh Danilla dan Lafa Pratomo. Danilla mengakui bahwa ‘menjahit’ lagu tersebut agar transisi-nya terasa halus merupakan tantangan baginya. Ia dan Lafa mengakali hal tersebut dengan mencari chords yang tidak terlalu jauh dan masih terasa kohesif. Dia juga berkonsultasi dengan Ramengvrl untuk mencari vibe dan mood yang tepat agar tetap nyaman di telinga. Selain kontribusi Danilla sendiri untuk Gitar dan Synth, produksi lagu tersebut juga didukung oleh Edward Manurung (Drum), Iskandar (Bass), dan Otta Tarrega (Piano dan Synth). Produk rekaman suara akhir merupakan hasil mixing Lafa Pratomo dan difinalisasi melalui mastering oleh Sean Magee. Untuk menunjang lagu tersebut dari aspek visual, mereka juga menghadirkan official music video yang digarap oleh sutradara ternama Anton Ismael.whiteboardjournal, logo