Voice Of Baceprot Rilis Lagu Baru “Perempuan Merdeka Seutuhnya”, Hadirkan Amarah pada Patriarki

Music
05.11.22

Voice Of Baceprot Rilis Lagu Baru “Perempuan Merdeka Seutuhnya”, Hadirkan Amarah pada Patriarki

Usai melaksanakan debut di Wacken Open Air 2022 dab merilis EP School Revolution (Remix), Voice Of Baceprot rilis lagu baru berjudul “Perempuan Merdeka Seutuhnya”, menghadirkan amarah terhadap perilaku diskriminatif dan patriarki.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Ahmad Baihaqi
Foto: Voice Of Baceprot

Setelah debut fenomenalnya di Wacken Open Air 2022 pada bulan Juli dan merilis EP “School Revolution (Remix)” yang menghadirkan enam DJ produser musik elektronik pada bulan September, Voice Of Baceprot (VOB) kembali dengan lagu baru berjudul “PMS”.

“PMS” atau yang memiliki kepanjangan “Perempuan Merdeka Seutuhnya” merupakan sebuah lagu yang sebetulnya ditulis oleh Marsya (vokal, gitar), Widi (bass), dan Sitti (drum) ketika mereka masih duduk di bangku SMA pada tahun 2017 bersama guru Bimbingan Konseling sekaligus mentornya, Abah Erza.

“Kami menulis lagu dengan energi yang tersisa usai sekolah. Saat itu, kami sibuk dengan kegiatan sekolah, jadi pada dasarnya kami harus menyeret diri ke studio untuk melaksanakan workshop,” kenang Marsya, dikutip dari sebuah rilisan pers.

Dalam lagu terbarunya, VOB menghadirkan perasaan antipati, ketidaksenangan, dan kemarahan mereka akan kondisi yang dirasakan saat itu, baik secara musik maupun lirik. “PMS” juga terinspirasi dari cerita pendek karya penulis Feby Indirani berjudul “Bukan Perawan Maria”, sebuah cerita yang berfokus pada perilaku diskriminatif dan menghakimi yang seringkali ditujukan kepada wanita dengan pola pikir, cara pandang, sikap, dan bahkan keinginan atau impian yang berbeda dari norma atau standar yang beredar di masyarakat.

Berasal dari daerah dengan norma sosial yang tidak hanya dipengaruhi oleh agama tetapi juga nilai patriarki, VOB memiliki pengalaman tersendiri terhadap diskriminasi gender yang pernah dialami. Tidak adanya pilihan hidup lain setelah menyelesaikan pendidikan SMA selain menikah adalah salah satu bentuk diskriminasi yang dirasakan. Begitu juga dengan pilihan karir yang terbatas untuk mereka dan teman-temannya akibat adanya perbedaan karir yang didasarkan pada gender.

“Ironisnya, perlakuan diskriminasi itu bukan hanya diberikan oleh lelaki, tetapi sesama perempuan juga!,” tegas Marsya.

Meski ditulis beberapa tahun yang lalu, “PMS” tetap kontekstual dan relevan dengan kondisi saat ini, bukan hanya di kampung halaman VOB tetapi juga di banyak wilayah Indonesia, bahkan seluruh dunia. Sebab nyatanya hingga saat ini perempuan masih terkekang oleh stereotip patriarki, terutama saat menentukan pilihan hidupnya.

Pada aransemen lagu, VOB tak banyak melakukan perubahan dari format musiknya saat ini. Produser Yuka Dian Narendra (GRIBS, Anda Perdana, Bonita) memberikan sentuhan Midas-nya dalam “PMS” dengan merapikan aliran dan memilah bagian terbaik dari demonya. Dia juga menyeleksi “sound” yang tepat untuk setiap instrumen.

Single terbaru Voice of Baceprot, “PMS” sudah bisa didengarkan di ragam digital streaming services.whiteboardjournal, logo