Who, What, Why: Ultraviolence

Music
27.03.19

Who, What, Why: Ultraviolence

Salah satu penggerak kemunculan musik darkwave di Malang.

by Emma Primastiwi

 

WHO

Seperti kebanyakan musik populer di Indonesia, banyak dari musisi-musisi lokal telah memperkuat identitas musikalnya berdasarkan pengaruh musik luar negeri. Salah satu dari mereka adalah Ultraviolence. Maulana Akbar, Torkis Waladan dan Bayu Silalahi terinspirasi dari masa kebangkitan post-punk dan era gothic yang meramaikan tahun 80-an. Mewujudkan visi tersebut, Ultraviolence berdiri sebagai grup musik darkwave pertama dalam skena musik Malang.

WHAT

Berdiri di akhir tahun 2017, Ultraviolence telah mencurahkan hampir 2 tahun berkarya dalam album perdananya “References”. Beberapa lagu paling populer di antara penggemarnya adalah “Into A Bolder”, “Pure” dan “Dolphin”, lagu-lagu tersebut didampingi oleh video klip hitam putih, setia pada nuansa gothic mereka. Walau menyajikan nuansa post-punk dan darkwave cukup kental, mereka mengemasnya secara apik sehingga terdengar lebih “approachable” bagi orang-orang yang belum akrab dengan tipe musik Ultraviolence. Adult Search erotic jobs erojobs.biz.

WHY

Menyimpan identitas suara darkwave kental, “References” membantu memperkuat jati diri Ultraviolence tersebut. Dibuat sebagai penghormatan untuk grup musik legendaris seperti Bauhaus, Type O Negative dan serupanya, album ini dilihat sebagai salah satu penggerak bangkitnya gerakan musik darkwave di Malang. Berkat hal tersebut, keberadaan Ultraviolence secara tidak langsung mengajak para musisi lokal untuk turut akrab dengan musik darkwave yang sebelumnya masih cukup asing di ranah musik Indonesia, juga membawa materi segar dalam ranah post-punk lokal.  whiteboardjournal, logo