Who, What, Why: Rifki Akbar Pratama

Human Interest
15.08.20

Who, What, Why: Rifki Akbar Pratama

Kontributor dari Open Column 2 yang vokal untuk membuat suara orang yang mengalami gangguan mental terdengar.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Adinda Mutiara Anisa

WHO

Rifki Akbar Pratama adalah salah satu penulis yang berkontribusi dalam proyek buku Open Column 2. Ia juga merupakan peneliti di salah satu program KUNCI Study Forum & Collective di Yogyakarta. Selain gemar membaca, ia juga memiliki perhatian pada studi terkait pengambilan keputusan, politik afeksi, juga kesehatan mental. Belakangan ini, ia aktif berperan sebagai pendengar di pertemuan rutin sebuah support group eksperimental, yaitu @id.overthinkers.

WHAT

Melalui tulisan “Ilusi Baru Lagu Lama”, Rifki ingin menyingkap beberapa hal yang dapat mengganggu kesehatan mental seseorang karena adanya tekanan terkait hal normatif dari lingkungan sekitar. Menurut Rifki, segala hal yang normatif itu bukan berakar dari keinginan dan kebutuhan sendiri, melainkan tuntutan orang-orang di sekeliling. Dalam karya ini, Rifki juga berusaha menunjukkan bahwa kecemasan di dalam diri sendiri kerap kali timbul dari kesulitan mencapai ekspektasi lingkungan sekitar. Dengan upaya membongkar hal yang tidak seharusnya dipegang teguh tersebut, ia harap bisa membantu beberapa orang untuk menyadari apa yang sebenarnya mereka butuhkan tanpa harus mengikuti apa kata orang lain.

WHY

Upaya Rifki dalam menulis topik seputar kesehatan mental adalah untuk meyakinkan dirinya sendiri dalam menghadapi “Impostor Syndrome”, yaitu kecenderungan psikologis di mana seseorang meragukan pencapaian dan kemampuan diri sendiri. Menurutnya, walaupun ada peningkatan sensitivitas atas isu kesehatan mental melalui media sosial dari kalangan muda, tetapi masih banyak jumlah orang tua yang tidak mawas diri. Maka dari itu, ia berharap tulisan karya “Ilusi Baru Lagu Lama” miliknya dapat mengawetkan sebuah pengalaman yang bisa dipakai orang untuk bercermin, menjadi suatu pilihan untuk tidak terjebak dari kesalahan yang sama sepertinya, serta dapat membuat mereka mencari jalan keluar dari suatu masalah.

Ke depannya, Rifki berharap akan ada banyak berbagai support group di masa yang akan datang. Bagi Rifki, tumbuhnya ruang aman bersama yang memungkinkan timbulnya percakapan yang bermakna itu sangat penting, apalagi jika ruang aman itu dapat menjadi potensi “menyembuhkan” seseorang.whiteboardjournal, logo