New Music Selection: Broadcast, Sal Priadi, Koyo, sampai Binerica

Music
18.03.22

New Music Selection: Broadcast, Sal Priadi, Koyo, sampai Binerica

Dengarkan FLEUR! dan Bilal Indrajaya menghidupkan kembali karya maestro Ismail Marzuki, mengeksplorasi sisi emotif dari musik shoegaze klasik bersama Young Prisms, dan perlahan melaju di sibuknya aktivitas kota bersama Aldrian Risjad.

by Whiteboard Journal

 

Setiap hari jumat, kami akan merangkum rilisan lagu baru dari musisi lokal dan internasional. Berikut adalah rangkuman lagu-lagu baru yang menarik untuk didengar di minggu ketiga Maret 2022 ini.

Broadcast – In Here The World Begins

Hari ini Warp Records merilis tiga album reissue Broadcast dan salah satunya adalah ‘Mother Is The Milky Way’, album yang memuat track ini. Sejatinya, ini merupakan album terakhir yang Broadcast rilis sebelum Trish Keenan meninggal dunia, namun hanya dirilis dalam format CD sebanyak 750 keping pada tahun 2009. Melalui ‘In Here The World Begins’, mereka yang mencampuradukkan roots elektroniknya dengan elemen-elemen psikedelia dan natural soundscape secara harmonis. Tidak heran kalau Vanishing Twin menyebut Broadcast sebagai salah satu pengaruh terbesar mereka.

 



Rasyiqa – Get Up (Get Out!)

Membawa pesan agar pendengarnya dapat berdiri untuk diri sendiri, Rasyiqa mengeluarkan single keduanya. Ia tetap konsisten menyediakan kesempatan untuk nostalgia ke tahun 2010-an. Lagu ini juga dilengkapi dengan music video yang tidak kalah menarik. Menampilkan Rasyiqa yang tengah berusaha untuk meninggalkan pesta teman-temannya, ia merepresentasikan banyak dari kita yang memilih untuk menetap pada suasana walaupun tidak nyaman.

 

Binerica – Seribu Matahari

Memadukan sampel-sampel begitu apik sehingga menghasilkan musik yang futuristik namun juga nostalgik. Mungkin, retro futuris adalah istilah yang paling dekat untuk mendeskripsikan ‘Seribu Matahari’. Sejak intro, Binerica sudah mengantarkan pendengar pada sebuah konstelasi baru di luar angkasa, mengingatkan pada ‘Contact’-nya Daft Punk–pengaruhnya cukup terasa pada beberapa sisipan dan juga bagian bridge. Pada chorusnya, ia bernyanyi dengan iringan musik synth-wave yang upbeat. Sebuah sajian fusion untuk para penggemar Daft Punk sekaligus Depeche Mode.



Aldrian Risjad – Berlari Pelan di Kota yang Cepat

Lagu untuk para perantau di kota? Ini untukmu. Walaupun sederhana, liriknya deskriptif. Bersama lagu ini ia menceritakan seseorang yang berusaha meyakinkan diri bahwa apa yang ia hadapi layak untuk dipertahankan. Gitar memandu lagu tersebut dan vokal Aldrian terasa di depan, sehingga sulit untuk tidak tertarik mendengarkan apa yang ingin dia sampaikan.

 

FLEUR! feat. Bilal Indrajaya – Juwita Malam

FLEUR! dan Bilal Indrajaya membawakan kembali karya maestro Ismail Marzuki dengan lebih catchy. Meski dominan dinyanyikan oleh Bilal–mungkin untuk menjaga ruh yang diembuskan sang maestro di lagu ini–proporsi vokal yang didendangkan FLEUR! membuatnya terasa lebih hidup dan energik.

 

Sal Priadi – Kita usahakan rumah itu

Bertemakan membangun rumah bersama pasangan hidup, lagu ini terasa hangat. Dengan melodi yang sopan masuk telinga, setiap orang dapat menikmati lagu untuk melepaskan penat seusai hari kerja yang panjang. Gitar merupakan instrumen dominan pada awalnya, namun sebagaimana Sal Priadi kerap berikan, lagu tersebut bertumbuh dengan musik yang kian dramatis dan ramai. Namun tetap, hangat dan personal.

 

Koyo – Ten Digits Away

Hengkang dari Triple B Records untuk memulai perjalanan baru dengan Pure Noise Records, Koyo tampak lebih serius dalam segi produksi dan mengeksplorasi identitas musik mereka. Dengan ‘Ten Digits Away’, mereka akan memprakarsai kebangkitan musik emo awal 2000-an sejak dunia dihajar pandemi.

 

Young Prisms – Outside Air

Dalam satu dekade terakhir beragam spektrum shoegaze telah lahir dan “ditemukan”, namun Young Prisms menancapkan patoknya pada beberapa pengaruh klasik: reverb yang kental dan vokal yang halus, meski bertekstur emotif. Mereka meramu romansa dan membentangkan gapaian musiknya lebih jauh dengan ‘Outside Air’ setelah sepuluh tahun dari album terakhir mereka.

 

Vintage Crops – Double Slants

Vintage Crop kembali dengan single untuk album keempat mereka secara melodik sekaligus komedik, mungkin karena aksen Australia yang kental? Di samping itu, mereka berhasil memformulasikan sound yang tepat untuk “bermain” dengan gaya musik seperti ini. Meski direkam di bekas kebun apel, mereka membuat track garage punk dengan kualitas yang mumpuni.whiteboardjournal, logo