Harapan Bakudapan Dalam Menyebarkan Kesadaran akan Krisis Pangan Dalam Aspek Politik Melalui ‘Hunger Tales’

Art
05.01.22

Harapan Bakudapan Dalam Menyebarkan Kesadaran akan Krisis Pangan Dalam Aspek Politik Melalui ‘Hunger Tales’

Bagi Bakudapan, proyek ‘Hunger Tales’ merupakan sebuah bentuk eksplorasi mereka akan krisis pasokan pangan.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Titania Celestine
Photo: Bakudapan via The Jakarta Post

‘Hunger Tales’ sebuah karya seni kolektif karya Bakudapan Food Study Group yang berasal dari Yogyakarta, akan menjalankan pertunjukkan debut pada ajang Asian Art Biennial yang akan diselenggarakan di Taichung, Taiwan, yang berlangsung hingga tanggal 6 Maret 2022. Bagi Bakudapan, proyek ‘Hunger Tales’ merupakan sebuah bentuk eksplorasi mereka akan krisis pasokan pangan. 

“Kami ingin berbagi akan aspek politik pangan dengan audiens yang lebih luas. Oleh karena itu, kami menciptakan sebuah board game untuk memainkan peran sebagai berbagai karakter yang terlibat dalam krisis pangan untuk ‘menyelesaikannya’,” ungkap Khairunnisa, tim peneliti Bakudapan. 

Seperti layaknya permainan Monopoly, ‘Hunger Tales’ menjadi sebuah simulasi peran petani, pedagang, penjual grosir, distributor, politsi, dan pihak-pihak lainnya yang berperan dalam rantai pasokan bahan pangan. 

“Termasuk juga bagaimana barang itu dibawa ke pasar, permintaan yang mengalami fluktuasi, atau bagaimana komunitas tertentu mengalami krisis pangan, sementara yang lainnya masih bisa berpesta. Cara kita menjalani hidup juga berkontribusi pada situasi ini.” tambah Shilfina, tim peneliti Bakudapan. 

Tim peneliti Bakudapan juga berkomentar antara kesenjangan diantara warga pedesaan dan perkotaan, juga saran untuk definisi ulang semboyan Bhinneka Tunggal Ika, untuk mulai mempertimbangkan keragaman, dan tidak hanya persatuan. 

“Penindasan sistemik pemerintahan terhadap beragam tradisi kuno telah menyebabkan hilangnya budaya kearifan lokal. Daerah pedesaan akan selalu menderita atas nama ‘pembangunan infrastruktur’ untuk memenuhi cita-cita orang yang bertempat tinggal di kota-kota. Membenarkan akumulasi modal mereka dari hasil rampasan orang pedesaan.” ujar Khairunnisa. 

Selebihnya, Bakudapan juga menyatakan bahwa pandemi COVID-19 memperparah situasi krisis pangan, dikarenakan pemasaran makanan yang ditentukan oleh politik dan kebijakan yang lebih condong berpihak pada investor terbesar. whiteboardjournal, logo