Bagaimana Sebuah Lembaran Kertas Kosong menjadi Simbol Protes di China

Human Interest
02.12.22

Bagaimana Sebuah Lembaran Kertas Kosong menjadi Simbol Protes di China

Para demonstran di kota-kota China, yang marah atas kebijakan “nol covid” Beijing, telah menggunakan kertas kosong untuk menyampaikan pesan mereka.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Shania Indah Adiyobikenia
Foto: Kevin Frayer/Getty Images

Selama tiga tahun terakhir ini, kesabaran satu miliar orang di China telah meregang, semakin menipis dengan setiap lockdown dan pengujian Covid massal. Pada bulan ini, ribuan orang Tiongkok turun ke jalan di kota-kota untuk memprotes pembatasan Covid. Melalui demonstrasi-demonstrasi terbaru ini, sebuah negara yang kelelahan mempertanyakan kebijakan zero-Covid dari Xi Jinping.

Kebijakan tersebut tidak diragukan telah menyelamatkan banyak nyawa, dengan China mencapai salah satu tingkat kematian Covid per kapita terendah di dunia. Tapi hal tersebut sebaliknya menyedot energi dan semangat rakyat. Penderitaan di bawah pembatasan Covid telah menjadi pengalaman yang menyatukan, dengan menimbulkan kemarahan di banyak sudut China dari kota-kota besar hingga daerah yang jauh seperti Xinjiang dan Tibet.

Isu terakhit tersebut mendorong orang-orang di Shanghai dan Beijing dan kota-kota besar lainnya untuk turun ke jalan, demonstrasi dengan menuntut pemberhentian kebijakan zeo-Covid – dengan beberapa juga menyerukan agar Presiden Xi Jinping mundur. Pemicu terakhir demonstrasi ini adalah kebakaran kompleks apartemen di Xinjiang, yang menewaskan 10 orang pada Kamis. 

Para peserta mengangkat halaman putih sebagai simbol protes sensor pemerintah. Lembaran tersebut juga menandakan unjuk persatuan, dengan menjadi salah satu demonstrasi terbesar di China dalam beberapa dekade. Selembar kertas kosong tersebut melambangkan ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintah yang terbungkam oleh censorship negara. Lembar kosong tersebut seakan-akan menyimbolkan “everything we want to say but we cannot say”. 

Hal tersebut selaras dengan bagaimana masyarakat China harus berinovasi ketika melakukan protes untuk menghidari sensor. Untuk menyiasati penyensoran selama puncak #MeTooMovement, pengguna internet China menggunakan karakter atau emoji untuk “beras”, dilafalkan “mi”, dan “kelinci”, dilafalkan “tu”. whiteboardjournal, logo