Penggundulan Hutan dan Pengairan Eksesif Kebun Kopi Menimbulkan Pertanyaan Dampak Produksi Kopi Terhadap Lingkungan 

Human Interest
18.12.21

Penggundulan Hutan dan Pengairan Eksesif Kebun Kopi Menimbulkan Pertanyaan Dampak Produksi Kopi Terhadap Lingkungan 

Selama 30 tahun terakhir, tingkat kenaikan market demand untuk produk biji kopi mencapai 60% persen. 

by Whiteboard Journal

 

Teks: Titania Celestine
Photo: Anastasiia Chepinska via Unsplash

Kenaikan demand untuk biji kopi dan produk kopi dinyatakan sudah mulai mengancam lingkungan hidup planet. Menurut sebuah laporan yang dipublikasikan oleh International Coffee Organization, selama 30 tahun terakhir, tingkat kenaikan market demand untuk produk biji kopi mencapai 60% persen. 

Dikarenakan proses yang dilakukan untuk menjamin tercapainya tuntutan untuk lebih banyak biji kopi, beberapa dari produsen biji kopi sendiri rela melakukan penebangan hutan untuk menciptakan kebun kopi baru. Selain hal tersebut, penggunaan air dan tenaga listrik yang mengalami peningkatan drastis juga menjadi alasan mengapa proses produksi biji kopi yang semakin intensif dianggap bersifat unsustainable bagi lingkungan. 

Brazil, salah satu negara produsen biji kopi terbesar di dunia, melaporkan sekitar 12.235 km persegi dari hutan Amazon telah mengalami penebangan. Selebihnya, menurut Water Footprint Network, produksi biji kopi sendiri membutuhkan jumlah air dan tenaga yang besar, dengan 140 liter air yang dipergunakan untuk mengairkan perkebunan kopi. 

Oleh karena itu, sekelompok ilmuwan yang berasal dari Finlandia sedang mencari metode perkebunan kopi yang lebih environmentally conscious, melalui produk kopi yang dihasilkan melalui lab. Namun, satu – satunya downside dari metode tersebut yakni harga mesin yang dapat memproduksi lab-grown coffee. 

VTT Technical Research Centre Finlandia telah berhasil memproduksi sel kopi dalam bioreaktor melalui cellular agriculture, dengan harapan dapat menciptakan metode produksi kopi yang lebih ramah lingkungan. Produk kopi yang ditanam dan bertumbuh di dalam laboratorium juga menghilangkan kebutuhan deforestasi, menggunakan air hasil daur ulang sebagai pembangkit tenaga bioreaktor.

“Kami memang bukan produsen kopi, namun kami berharap dapat bekerjasama dengan pihak – pihak yang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam proses produksi kopi, sehingga visi kami dapat dijadikan kenyataan dan memasarkan produk kopi lab-grown,” tutur Heiko Rischer, dari VTT Technical Research Centre Finlandia. 

Salah satu keunggulan dari biji kopi yang ditanam dalam laboratorium yakni tumbuhan tersebut dapat diproduksi sepanjang tahun, melalui controlled room temperature, pencahayaan, dan tingkat oksigen dalam lingkungan tumbuhan. Selepas itu, biji kopi yang diproduksi via teknologi laboratorium juga menghapuskan kebutuhan logistik transportasi produk kopi dari negara asal ke negara konsumen, sehingga carbon footprint dari proses ekspor-impor kopi juga menurun. 

Saat ini, kopi merupakan salah satu minuman yang paling banyak dikonsumsi di dunia. whiteboardjournal, logo