Jelajah Skena Medan: Pusat Musik Keras Hingga Variasinya
Jejak skena musik Medan dapat dilacak hingga awal tahun 90-an, namun baru belakangan dapat perhatian nasional.
Words by Whiteboard Journal
Penulis: Ivan Makshara
Sebagai kota terbesar di Pulau Sumatera, Medan adalah kota metropolitan yang cukup awas dengan perkembangan zaman. Apa yang terjadi di Pulau Jawa direspon dengan cepat oleh anak muda Medan. Namun karena jauhnya jarak, kota ini lebih dikenal karena individunya yang merantau. Banyak yang berasal dari skena dan menjadi musisi sukses yang mendapatkan perhatian nasional. Nasib band kebanyakan tidak sebaik itu, berhenti jadi jagoan lokal yang kemudian kalah oleh waktu. Meski begitu kota ini tetap diperhitungkan sebagai destinasi wajib bagi banyak musisi. Salah satu konser yang paling fenomenal tentu konser Megadeth yang dipindahkan secara mendadak karena ibu kota tidak kondusif.
Peta Musik 70-an
Di era kejayaan musik rock Indonesia dekade 70-an, Medan turut berada dalam radar pembicaraan. Majalah Aktuil mencatat sebuah acara Pesta Musik Udara Terbuka Aktuil yang berakhir ricuh. Acara tersebut menampilkan salah satunya band bernama Rhythm Kings. Beberapa dekade berikutnya, band bentukan Purba Besaudara ini muncul di kompilasi Those Shocking Shaking Days.
Selain itu, band Medan lainnya yang dikenal adalah The Minstrels. Personilnya yang hingga kini jadi legenda adalah Jelly Tobing. Sang pendiri Fadil Usman memboyong Jelly dari Jakarta karena keahlian bermain drumnya yang menyeramkan. Selepas dari band ini, Jelly kembali ke pusat untuk bergabung bersama Superkid.
Ada lagi Gordon Tobing, penyanyi-gitaris yang dianggap sebagai penyanyi folk pertama di Indonesia oleh Denny Sakrie. Lalu ada Great Session yang turut meramaikan rock di tahun 70-an.
Meluncur ke 90-an
Berjalan maju ke dua dekade setelahnya, Medan turut menyumbang keriuhan di saat metal dan rock berjaya. Anak muda Medan tak mau kalah melalui hadirnya Valhalla. Band Heavy Metal ini muncul di tahun 1990 dan hanya aktif sebentar namun banyak mengisi festival musik pada jamannya. Menyusul tiga tahun setelahnya adalah Zorboothus yang memainkan Brutal Death Metal. Band ini cukup aktif merilis album dibanding band-band lain seangkatannya. Band metal lainnya yang juga mendapatkan perhatian adalah Morbid yang merilis album berjudul More Beat di tahun 1997.
Di penghujung akhir 90-an, band yang juga lahir adalah Muntah Kawat, band Death Metal yang banyak menyanyikan lagu-lagu anti pemerintah. Selain itu ada Cranium, band Brutal Death Metal ini diakui sebagai raja bawah tanah dan masih aktif hingga kini. Belakangan Cranium sempat pula merilis album di bawah label metal ternama tanah air Rottrevore Records. Bisa dibilang musik Medan pada masa itu dikuasai oleh musik Metal atau apapun yang berhubungan dengan skill tingkat tinggi.
Saat rilisan legendaris Metalik Klinik dirilis terdapat pula band Medan yaitu Banana Split yang menyumbang lagu “Supermen”. Banana Split merupakan salah satu nama teraktif di skena musik Medan akhir 90-an hingga awal 2000-an. Grup ini berasal dari komunitas Inalum Brotherhood yang aktif membuat gigs bawah tanah di era tersebut. Pada saat itu acara berpusat di Gedung Kapendam Jalan Listrik.
Melebur Berbagai Genre di era 2000-an
Di awal 2000-an, musik punk mulai menyeruak dengan hadirnya SPR, band punk rock jalanan yang lagu-lagunya jadi anthem untuk anak skena Medan. Band yang lahir di tahun 1999 ini merilis beberapa album yang cukup berhasil. Band ini juga masih berada di skena sampai sekarang.
Grup musik lainnya yang beredar di skena saat itu adalah Grill Salmon (hip hop), Manifesto (skinhead punk), Foredoom (Deathcore) sampai EMPATBELAS (hardcore punk). Pada saat itu, pendengar musik Medan banyak terekspos dengan musik lokal melalui sebuah rock radio bernama Bonsita. Radio ini memutar musik cadas dari pagi sampai malam, bahkan kadang dijalankan autopilot.
Medan yang dikenal karena mempunyai band-band cadas mulai dibanjiri musik dengan beragam genre. Kemunculan Kirana Studio menjadi salah satu penyebabnya. Studio musik ini memunculkan band-band seperti Beautiful Monday (britpop), Cherrycola (indie pop), Korine Conception (shoegaze), Cangis (brit rock), lalu Hairdresser On Fire (alt-punk), Hello Benji and the Cobra (psychedelic rock). Komunitas yang terbentuk di tempat itu menjalankan pula salah satu seri gigs penting bertajuk “Lost in a Melody” yang menjadi penyaluran bagi pencinta musik alternatif. Seiring dengan hadirnya band-band tersebut, ada pula label bernama Huria! Records yang menjadi rumah bagi mereka.
Namun musik punk dan metal masih jadi sajian utama di Medan. Band hardcore Fingerprint adalah salah satu yang masih rajin tampil sejak awal terbentuk di pertengahan 2000-an. Skena hardcore Medan juga sempat berkibar bersama kehadiran Madafaka Records yang menjadi rumah untuk Martyr, No One Cares, Titik Balik yang ketika aktif menjadi acuan bagi banyak anak muda.
Di masa yang sama, muncul juga generasi Pop Punk seperti Freshmint, DOSN dan The Oinx, lalu Technical Death Metal seperti Djin, Hardcore Punk seperti H2R dan Trying To Find, juga hip hop yang diwakili EMHECEE, Ucok Munthe dan Jere, atau rock seperti Rumput dan The Oh Good atau Pop Jazz seperti Hazelnut dan Seventh Heaven.
2010 hingga sekarang
Sejarah musik di Medan yang membentang panjang masih berlangsung hingga sekarang. Medan kini dikenal melalui Pijar, grup disco punk yang merupakan generasi terbaru Kirana Studio. Kini mereka merantau ke ibu kota dan banyak mengisi festival besar. Lalu ada Beetleflux (indie rock), Shadowplay (indie pop), dan Pullo (post punk) yang pernah berkolaborasi dengan label asal Jakarta. Kemudian ada band-band yang aktif di gigs dalam kota seperti Wina (rock), The Clays (disco punk), Vintage Glasses (hard rock), TBRX (hard rock), dan lainnya. Dari metal, ada Pargochy (death metal) yang di tahun main di Hammersonic Festival 2017.
Tentunya dari sekian banyak yang ditulis di sini masih saja ada nama-nama yang belum masuk. Dengan makin menjamurnya sarana komunikasi di dunia digital, nama-nama lain akan timbul dan menjadi bahasan baru lagi. Medan tidak akan pernah kekurangan peluru, sekarang waktunya berburu.