Ujaran Kebencian Online di Inggris dan AS Naik 20% Selama Pandemi

Human Interest
17.11.21

Ujaran Kebencian Online di Inggris dan AS Naik 20% Selama Pandemi

50,1 juta diskusi tentang ujaran kebencian rasis melonjak saat terdapat berita mengenai peristiwa besar.

by Whiteboard Journal

 

Teks: Nada Salsabila
Foto: Getty Images

Menurut sebuah laporan baru, ujaran kebencian online di Inggris dan AS telah meningkat sebesar 20% sejak awal pandemi. Penelitian ini dibuat oleh badan amal pemuda Ditch the Label, dimana mereka menganalisis 263 juta percakapan di Inggris dan AS antara tahun 2019 dan pertengahan 2021. Ditch the Label bekerja sama dengan organisasi Brandwatch pada laporan tersebut yang memberikan statistik.

Laporan tersebut menemukan 50,1 juta diskusi atau contoh tentang ujaran kebencian rasis pada waktu itu yang melonjak saat terdapat berita mengenai peristiwa besar. Termasuk saat World Health Organisation (WHO) menyatakan wabah Covid-19 sebagai pandemi pada Maret 2020, protes Black Lives Matter pada Juni 2020, dan pembunuhan Sarah Everard pada Maret 2021.

CEO Ditch the Label, Liam Hackett, mengatakan kepada Radio 1 Newsbeat bahwa badan amal itu “dibanjiri” oleh peningkatan insiden ujaran kebencian dan pelecehan online yang “semakin ekstrim” selama pandemi. Hal ekstrim tersebut termasuk ancaman pembunuhan, serta terdapat seorang wanita mengalami pelecehan ketika orang-orang muncul di rumahnya dan mengambil foto anak-anaknya melalui jendela.

Liam mengatakan bahwa saat pandemi sebagian besar orang-orang terjebak lockdown di dalam rumah mempengaruhi tingkat ujaran kebencian online. “Kami sudah tahu dari penelitian bahwa orang yang melakukan bully dan troll mungkin memiliki kesehatan mental yang rendah, mereka mungkin mengalami trauma, mereka mungkin berada dalam rumah tangga yang kasar, mereka mungkin menjadi sasaran dan diganggu sendiri,” ujar Liam. Liam juga menambahkan bahwa kebosanan dan perasaan bahwa orang tidak “memiliki kendali atas hidup mereka” menyebabkan “badai sempurna” untuk penyalahgunaan online.

Pada bulan Februari tahun ini, Phoebe Jameson, wanita 19 tahun dari Bristol, mengatakan kepada Newsbeat bahwa dia menghadapi pelecehan online setiap hari selama tahun 2020. “Ini terus terjadi sepanjang tahun 2020. Sampai pada titik di mana sejak Juli, saya belum istirahat seminggu dari pelecehan online apa pun. Dalam beberapa bulan terakhir ini, setiap hari, akan ada sesuatu atau beberapa insiden atau beberapa komentar” katanya.

Di sisi lain, Ditch the Label telah terlibat dalam undang-undang keamanan online yang diusulkan pemerintah, yang sebagiannya adalah untuk secara hukum mewajibkan jejaring sosial untuk memiliki kewajiban merawat penggunanya, atau sesuatu yang dikatakan Liam adalah “langkah ke arah yang benar.” 

Namun, dia juga menginginkan pendidikan yang lebih baik untuk orang-orang yang sangat muda untuk memahami dampak penyalahgunaan dan bahaya radikalisme online, yang lebih mungkin terjadi di forum yang lebih kecil daripada di suatu tempat seperti Twitter atau Instagram.

Liam juga mengatakan masih terlalu dini untuk menghasilkan data tentang apakah tingkat ujaran kebencian online telah menurun di Inggris sejak lockdown berakhir dan kehidupan kembali ke sesuatu yang menyerupai “normal.” Tetapi dari apa yang Ditch the Label telah lihat, mereka yakin insiden ujaran kebencian online akan tetap terjadi di tingkat tinggi yang sama.whiteboardjournal, logo